SAHABAT DALAM PERJUANGAN
Di dalam kitab Amsal 17:17 dikatakan “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Ini merupakan ciri utama jemaat mula-mula di dalam kitab Kisah Para Rasul. Mengapa jemaat di Anthiokia disebut Kristen oleh orang kafir? Sebab “gaya hidup” orang percaya saat itu berbeda dengan cara hidup orang sezamannya. Mereka saling mengasihi, berbelaskasihan tinggi, hidup dalam kekudusan, dan seterusnya. Kekristenan mula-mula berdampak luar biasa sebab “gaya hidup Kristus” nyata dalam kehidupan orang percaya. (Kis 2:41-47, 4:32-37)
Saya percaya kini adalah saatnya bagi tubuh Kristus untuk bersatu, bukan hanya sekedar dalam pertemuan formal tetapi sungguh-sungguh menjadi “saudara”. Belumkah kita lelah membangun kerajaan sendiri atau hanya perduli pada lingkungan “gereja lokal” dan acuh terhadap anggota tubuh Kristus yang lainnya? Jangan sampai kita hanya mau bersekutu dengan yang satu denominasi atau merk gereja atau pengajaran. Ingatlah selalu Tuhan tidak pernah menciptakan seragam, Ia menciptakan keragaman di dalam tubuh Kristus.
Kami menyadari bahwa tidak mungkin untuk melaksanakan amanat Tuhan tanpa sinergi dengan anggota tubuh Kristus yang lainnya. (1 Kor 12:12-31)
Saat ini kami tengah merintis sebuah pelayanan bernama The Eagles Nest Ministries di kota Bandung. Kami berjejaring sebagai saudara dengan anggota tubuh Kristus lainnya baik di Indonesia (Vineyard Bandung, Gereja Oikos Surabaya, GPdI Moria Banyuwangi, LK3 Jakarta, Jesus Christ Ministries Salatiga, Gema Sion Ministries Jakarta, gereja-gereja rumah di Indonesia,dll) maupun luar negeri (DAWN Ministries, Zoe Ministries, Outreach Fellowship International, Shadow of The Cross, Cathedral University, The Prophetic Voice Institute,dll). Ada pun hubungan kami satu dengan yang lain dilandasi hubungan persaudaraan dimana kami saling membuka diri dan membantu. Hubungan ini dilandasi lebih pada persahabatan dan bukan karena materi. Kami percaya bahwa hubungan persaudaraan yang erat dan akrab merupakan elemen penting dalam perluasan Kerajaan Tuhan yang telah lama hilang. Kini Tuhan tengah memulihkannya kembali di tengah kita.
Visi kami adalah “MEMBERITAKAN KABAR BAIK, MEMURIDKAN & MENGUTUS SETIAP ANAK TUHAN UNTUK “MENJADI” GEREJA DIMANA PUN MEREKA BERADA”.
Untuk lebih jelasnya anda dapat masuk dalam weblog kami di http://3a9l35-n35t.blogspot.com .
Dalam pergerakan pelayanan ini, kami tidak memiliki donatur atau pun sponsor tetap, hingga untuk saat ini kami coba untuk mencari donasi baik dari pelayanan maupun usaha kecil yang sedang kami coba kembangkan. Kami mengundang rekan-rekan seiman yang mau menjadi partner kami dalam perjuangan ini. Kami tidak meminta donasi secara cuma-cuma tetapi menawarkan paket buku. Donasi anda akan kami gunakan untuk mendanai pelayanan kami. Pelayanan apa saja yang kami kerjakan?
1. PELAYANAN DOA & KONSELING:
GLOBAL PRAYER NETWORK, PELAYANAN DOA SYAFAAT SECARA GLOBAL:
Persekutuan doa bagi tiap pribadi yang butuh dukungan doa, syafaat bagi gereja teraniaya dan suku terabaikan.
Menyebarkan kartu doa bagi mereka yang butuh dukungan doa pribadi atau institusi.
http://globalprayernetwork.blogspot.com
THE HELPING HAND PROJECT, PELAYANAN KONSELING KRISTIANI & TERAPI KELOMPOK:
Pelayanan konseling melalui telpon, surat menyurat, tatap muka (dengan perjanjian), e-mail dan yahoo messenger.
Pertemuan terapi kelompok sesuai permasalahan.
Layanan ini diinformasikan/dipublikasikan melalui perorangan, internet dan majalah kristiani.
HOUSE OF HEALING & RESTORATION,
PERSEKUTUAN PEMULIHAN DAN KESEMBUHAN ILAHI:
Persekutuan pemulihan luka bathin dan kesembuhan ilahi
Mempelajari dasar Firman Tuhan mengenai luka-luka bathin dan janji kesembuhan ilahi
Kelompok doa dengan nilai kekeluargaan dimana tiap anggota saling mendoakan untuk pemulihan dan kesembuhannya.
2. PELAYANAN KASIH DAN PENGINJILAN:
THE GUARDIAN ANGELS,PELAYANAN PROFETIK PRAKTIS/MENYUARAKAN STANDAR MORIL:
http://9u4rd14n-4n93ls.blogspot.com
Suatu pergerakan profetis praktis dalam hal moril dan etika kristiani
Pro-life movement
Wait Til Marriage (virginity movement)
Against Pornography
Against violence
Memerangi narkoba dan bahaya AIDS
ANTI TRAFFICKING
GENERASI TANPA AYAH,PELAYANAN KHUSUS BAGI ORANG YANG BERLATAR BROKEN HOME:
Pelayanan khusus bagi anak-anak yang dibuang oleh orangtuanya, anak-anak broken home, anak geng, anak yang diusir dari rumah dan remaja bermasalah.
Menyediakan panti asuhan dan youth’s shelter dengan nilai kekeluargaan.
FRIENDSHIP EVANGELISM:
Penjangkauan yang paling efektif adalah penginjilan melalui persahabatan
Langkah penginjilan yang persuasif pada saudara, kerabat dan sahabat di mana mereka berada
Kelompok penginjilan praktis dan alami
SOMEONE CARES, MERCY MINISTRY:
Pelayanan kasih dalam bentuk perhatian & bantuan sandang pangan papan pekerjaan bagi anak-anak panti asuhan, orangtua di panti werda, anak jalanan, gelandangan dan keluarga miskin
Pelayanan kasih bagi korban bencana
Pelayanan kasih bagi anak,wanita & pria korban pemerkosaan, pelecehan seksual, KDRT & trafficking
SHADOW OF THE CROSS, MINISTRY TO THE SUBCULTURES:
Pelayanan khusus menangani anak-anak subkultur seperti anak geng, punk, goth dan subkultur lainnya yang berkembang di perkotaan.
www.shaddowcross.com
3. PEMURIDAN DAN PELATIHAN:
EAGLES NEST DISCIPLESHIP, PEMURIDAN DAN PEMBAPAAN
Kelompok pendalaman Alkitab & pemuridan
Materi dasar kekristenan yang praktis & mengajarkan prinsip Kerajaan Allah/ Pengajaran Para Rasul
Kelompok pemuridan melalui pembapaan & mentoring untuk pertumbuhan yang lebih baik
Bagi peserta yang telah lulus mengikuti sebuah kelas mendapatkan sebuah sertifikat dan izin mengajar topik tersebut.
THE BODY BUILDING,PELAYANAN JARINGAN DIMANA KAMI BERJEJARING DENGAN GEREJA / YAYASAN LAIN BAGI PELEBARAN KERAJAAN ALLAH:
Jejaring dengan anggota tubuh Kristus yang lain sebab kita satu tubuh dan perlu bergerak & bekerja bersama agar Kerajaan Allah diperluas di muka bumi.
THE SCHOOL OF MISSION & CHURCH PLANTING:
Sekolah Alkitab yang menekankan pada pemuridan dan penggenapan Amanat Agung melalui penanaman gereja di rumah, sekolah/universitas dan market place.
4. PENANAMAN GEREJA & PASTORAL http://gerejaperjanjianbaru.blogspot.com
SIMPLE CHURCH; PELAYANAN PENANAMAN GEREJA & PASTORAL DALAM KELOMPOK KECIL DIMANA SAJA/TEMPAT YANG MEMUNGKINKAN:
Pelayanan penanaman gereja & pastoral dalam kelompok kecil dimana saja/tempat yang memungkinkan oleh kaum awam / kepala rumah tangga
Mengikuti teladan gereja mula-mula / Perjanjian Baru
Kepemimpinan oleh penatua dibantu diaken.
SIMPLE CHURCH NETWORK; PELAYANAN JARINGAN ANTAR KOMUNITAS KECIL:
Sebagai wadah jejaring antar komunitas kecil untuk saling menguatkan, menolong & memperlengkapi; juga menjaga kesatuan sebagai Keluarga Allah dalam visi, missi, nilai dan strategi.
Dimana sebulan sekali diadakan pertemuan bersama antar penatua & juga komunitas kota, secara berkala akan diperlengkapi oleh tim apostolik/pelayanan lima jawatan dari dalam maupun luar negeri.
Diharapkan melalui jejaring ini “gereja kota” berdampak bagi kota dimana mereka tinggal melalui pelayanan holistik hingga nama Bapa di sorga dipermuliakan
Bekerjasama dengan YWAM Publishing dan Vineyard Publishing kami menawarkan beberapa paket buku. Melalui pembelian paket buku rohani ini bukan saja anda dapat mengembangkan kapasitas rohani anda namun juga menjadi rekan seperjuangan atau partner kami dalam pelebaran Kerajaan Tuhan.
PAKET 1; dengan memberikan donasi Rp.100.000 anda dapat memilih 3 jenis buku yang berbeda judul & tertera di bawah ini (sudah termasuk ongkos kirim):
10 Prinsip Penanaman dan Pengembangan Gereja (David Garrison) [GEREJA]
Doa Syafaat, Gairah dan Kepuasan (Joy Dawson) [DOA]
Berbagai Cara Allah dalam Kesembuhan (Joy Dawson) [DOA]
Kesembuhan lewat Peperangan Rohani (Dr. Peggy Scarborough) [DOA]
Bersahabat Akrab dengan Allah (Joy Dawson) [DOA]
Pemimpin Yang Revolusioner (Tri Robinson) [KEPEMIMPINAN]
Pelayanan Penyembahan yang Efektif (Tom Kraeuter) [WORSHIP]
Pelayanan Metropolitan (Floyd McClung) [MISSI PERKOTAAN]
Gerakan Roh Kudus di Jendela 10/40 (Luis Bush & Beverly Pegues) [KESAKSIAN & DOA]
Teologi Kerajaan Allah (Derek Morphew) [TEOLOGIA]
PAKET 2; dengan memberikan donasi Rp.50.000 anda dapat memilih 5 jenis booklet yang tertera di bawah ini (sudah termasuk ongkos kirim) :
35 Inventoris Keinginan Daging (Yusak Tanasyah) [PERTUMUBUHAN ROHANI]
Singles & Seks (Dean Sherman) [HUBUNGAN]
Farisi, Saduki atau Yesus (Dean Sherman) [KARAKTER]
Sepuluh Langkah Doa Syafaat (Joy Dawson) [DOA]
Istri Lebih Dari Satu ? (Yusak Tanasyah) [KELUARGA]
7 Cara Menghadapi Pemimpin Yang Salah (Floyd McClung) [HUBUNGAN]
Tujuh alasan Anda Menang Atas Setan (Yusak Tanasyah) [PERTUMBUHAN ROHANI]
50 Tanda Kesombongan (Yusak Tanasyah) [PERTUMBUHAN ROHANI]
Mendengar Suara Allah (Loren Cunningham) [DOA]
Pribadi Yang Unggul Lepas Dari Dosa (Floyd McClung) [PERTUMBUHAN ROHANI]
Karakter Seorang Yang Berkata “Pergi” (Joy Dawson) [DOA]
Bagaimana Berdoa Untuk Seorang Di Dekat Anda Yang Jauh Dari Tuhan (Joy Dawson) [DOA]
Buku-buku ini telah mengubah banyak jiwa menjadi agen perubahan Tuhan di hampir belahan dunia. Diterbitkan oleh Youth With A Mission, didirikan oleh Loren Cunningham dan menjadi salah satu organisasi missi terbesar di dunia dan juga gereja Vineyard yang dipakai Tuhan untuk membawa berbagai pemulihan dalam tubuh Kristus, terutama dalam bidang pemulihan dan kesembuhan yang dibapai pendirinya John Wimber.
Bila anda berminat menjadi rekan seperjuangan kami dengan membeli PAKET 1 atau PAKET 2. Anda dapat mentransfer uang ke BCA cabang Bandung II no rek 0081824788 atas nama Dave Broos. Lalu konfirmasikan pada kami melalui SMS judul buku yang anda minati, jangan lupa nama dan alamat lengkap, ada pun nomor HP kami 081330135643.
Mari kita bekerja bersama membangun Kerajaan Tuhan, sambil terus bertumbuh sebagai murid Kristus. Terimakasih atas perhatian kalian, juga atas kebersamaan ini.
KEEP ON MOVING UNTIL JESUS COMING AGAIN. GOD BLESSES YOU, ALL.
Pdt. Dave Broos
Sebuah pelayanan yang dirintis oleh Morria Nickels di Amerika Serikat untuk melayani kaum subkultur yang tersisihkan dari masyarakat. Pada tahun 2006 telah menunjuk dan mengutus Dave Broos sebagai Regional Director di Indonesia
Kamis, 31 Januari 2008
Dicari Seorang Murid
DICARI YANG MAU MENJADI MURID KRISTUS
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20)
Sebuah pesan terakhir dari Kristus Yesus bagi setiap kita,sebab Ia mencari disciples (murid) dan bukan sekedar follower(pengikut). Semua orang percaya wajib menjadi murid Kristus dan juga seorang yang memuridkan orang lain. Wauw, sebuah tantangan besar bagi gereja masa kini. Mengapa saya katakan tantangan? Sebab banyak orang lebih suka kata “pergi”, orang suka dengan yang namanya “traveling”, sepertinya ada kebanggaan bila sudah pelayanan keliling di beberapa negara. Ada juga yang senang dengan kata “baptis” sebab itu berarti jumlah statistik anggota gereja bertambah, biasanya orang menjadi bangga kalau anggotanya banyak. Begitu juga dengan kata “ajar”, orang sangat senang mengajar di kelas atau mimbar, sebab nanti dapat “amplop”. Padahal kata imperative dalam kalimat Amanat Agung itu adalah “jadikanlah murid”. Mengapa kata ini dihindari? Sebab pemuridan ala Yesus bukan seperti kelas SOM atau model perkuliahan di STT. Sistem pendidikan yang diadopsi masa kini dan juga diterapkan dalam gereja merupakan “pola pendidikan Yunani” sedang pemuridan yang diajarkan oleh Yesus merupakan “pola pendidikan Yahudi”. Dimana pengajaran tidak disampaikan hanya searah tetapi dua arah, ada suatu dialog dan bukan monolog. Pelajaran atau pemuridan diberikan dimana saja, bisa di rumah, di bukit, di atas perahu, di bait Allah dan lain-lain; tidak dimonopoli di sebuah ruang kelas atau kompleks tertentu. Hubungan antara sang guru dan murid pun bukan hubungan ala dosen dengan mahasiswanya tetapi lebih pada hubungan ayah dan anak.
Kesedihan hati kami adalah saat melihat bagaimana kondisi gereja pada umumnya tidak membawa dampak besar bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Rasa asin gereja sebagai “garam dunia” tidak terasa, cahaya gereja sebagai “terang dunia” pun mulai redup. Saat kami masih menggembalakan jemaat, banyak diantara mereka yang tidak bertumbuh atau menjadi orang Kristen yang suam-suam. Hati kami sedih hingga suatu kali saat berdoa Tuhan membukakan hal ini pada kami. Bapa menghendaki murid-murid Kristus, mempelai yang dewasa bagi AnakNya dan bukan bayi dengan dot di mulut & mengenakan popok pampers. Dulu kami bangga dengan jumlah jemaat tetapi sekarang kebanggaan itu luruh. Kini kami berkonsentrasi dan memberi hidup untuk memuridkan anak-anak Tuhan bertumbuh pada kedewasaan dalam Kristus bersama rekan-rekan tubuh Kristus yang lainnya kami bersinergi agar pemulihan pelayanan lima jawatan terjadi atas gereja Tuhan. Kerinduan kami adalah melihat setiap anak Tuhan diperlengkapi dan menggenapi panggilan Tuhan atas hidupnya. Kami percaya setiap anak Tuhan, adalah alat Tuhan dan tidak ada yang namanya hanya “jemaat biasa”. Setiap anak Tuhan adalah orang-orang yang luar biasa di dalam tanganNya.
Apakah harga seorang murid? Alkitab berkata,”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKU.” (Luk 14:27)…..”ia tidak layak bagiKU” (Mat 10:38). Pikul salib, yang berarti mati terhadap diri sendiri dan hidup sebagai ciptaan baru dalam Kristus.(2 Kor 5:17, Gal 2:19b-20).
Maukah anda membayar harga itu?
Bila anda rindu untuk menjadi murid Kristus dan ingin terus bertumbuh menjadi seorang yang berdampak bagi Kerajaan Tuhan maka kami mau mengajak anda bergabung di dalam kelompok pemuridan Eagles Nest Discipleship. Ada pun pelayanan kami bersifat interdenominasi, kita akan membahas bersama teologia dasar kekristenan dan pemuridan. Materi yang akan kita bahas bersama diantaranya :
Doktrin Theologia,
Kristologi,
Pneumatology(Roh Kudus),
Angelology(Malaikat),
Anthropology(Manusia),
Bibliology(Alkitab),
Soteriology(Keselamatan),
Ecclesiology(Gereja),
Thanatology(Kematian)
Eskatologi (Akhir Zaman)
Dasar Yang Benar
Kuasa Doa
Belajar Alkitab Praktis
Hidup Rumahtangga atau Keluarga
Bagaimana Hidup Dipimpin Roh Tuhan
Kuasa Pujian
Pelayanan Mujizat
Hidup Kekristenan yang Berkemenangan
Peperangan Rohani
Menjadi Saksi Kristus sampai ke ujung bumi
Ada pun The Eagles Nest Discipleship bekerjasama dengan lembaga pendidikan The Prophetic Voice Institute – Amerika Serikat, setiap murid yang mengikuti pertemuan dengan setia dan mengikuti ujian akhir akan mendapatkan Diploma in Discipleship dari lembaga tersebut.
Bagi yang berdomisili di kota Bandung, kita dapat bertemu dan belajar bersama sedang untuk di kota lain, kami bisa mengunjungi anda atau sekalipun tidak bisa jumpa secara tatap muka, kita berhubungan melalui e-mail (davebroos@yahoo.co.uk atau novie_durant@yahoo.com , yahoo messenger dengan I D davebroos, atau menelpon/SMS di 081330135643.
Sebagaimana yang kami tekankan di atas kerinduan kami bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tetapi kehidupan. Kerinduan kami kelompok pemuridan ini bukan saja memiliki nilai kekeluargaan yang kuat dalam Kristus tetapi juga bertumbuh bersama sebagai keluarga Tuhan yang berdampak bagi bangsanya bahkan bagi bangsa-bangsa.
Tuhan memberkati dan jangan ragu untuk menghubungi kami.
Pdt. Dave Broos
The Eagles Nest Ministries http://3a9l35-n35t.blogspot.com
Renungan Kehidupan http://renungandave.blogspot.com
Gereja Perjanjian Baru http://gerejaperjanjianbaru.blogspot.com
Suara Profetik http://9u4rd14n-4n93ls.blogspot.com
Pelayanan Doa http://globalprayernetwork.blogspot.com
Zoe Ministries http://zoeministries.blogspot.com
House Church and Me http://davebroos.blogspot.com
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20)
Sebuah pesan terakhir dari Kristus Yesus bagi setiap kita,sebab Ia mencari disciples (murid) dan bukan sekedar follower(pengikut). Semua orang percaya wajib menjadi murid Kristus dan juga seorang yang memuridkan orang lain. Wauw, sebuah tantangan besar bagi gereja masa kini. Mengapa saya katakan tantangan? Sebab banyak orang lebih suka kata “pergi”, orang suka dengan yang namanya “traveling”, sepertinya ada kebanggaan bila sudah pelayanan keliling di beberapa negara. Ada juga yang senang dengan kata “baptis” sebab itu berarti jumlah statistik anggota gereja bertambah, biasanya orang menjadi bangga kalau anggotanya banyak. Begitu juga dengan kata “ajar”, orang sangat senang mengajar di kelas atau mimbar, sebab nanti dapat “amplop”. Padahal kata imperative dalam kalimat Amanat Agung itu adalah “jadikanlah murid”. Mengapa kata ini dihindari? Sebab pemuridan ala Yesus bukan seperti kelas SOM atau model perkuliahan di STT. Sistem pendidikan yang diadopsi masa kini dan juga diterapkan dalam gereja merupakan “pola pendidikan Yunani” sedang pemuridan yang diajarkan oleh Yesus merupakan “pola pendidikan Yahudi”. Dimana pengajaran tidak disampaikan hanya searah tetapi dua arah, ada suatu dialog dan bukan monolog. Pelajaran atau pemuridan diberikan dimana saja, bisa di rumah, di bukit, di atas perahu, di bait Allah dan lain-lain; tidak dimonopoli di sebuah ruang kelas atau kompleks tertentu. Hubungan antara sang guru dan murid pun bukan hubungan ala dosen dengan mahasiswanya tetapi lebih pada hubungan ayah dan anak.
Kesedihan hati kami adalah saat melihat bagaimana kondisi gereja pada umumnya tidak membawa dampak besar bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Rasa asin gereja sebagai “garam dunia” tidak terasa, cahaya gereja sebagai “terang dunia” pun mulai redup. Saat kami masih menggembalakan jemaat, banyak diantara mereka yang tidak bertumbuh atau menjadi orang Kristen yang suam-suam. Hati kami sedih hingga suatu kali saat berdoa Tuhan membukakan hal ini pada kami. Bapa menghendaki murid-murid Kristus, mempelai yang dewasa bagi AnakNya dan bukan bayi dengan dot di mulut & mengenakan popok pampers. Dulu kami bangga dengan jumlah jemaat tetapi sekarang kebanggaan itu luruh. Kini kami berkonsentrasi dan memberi hidup untuk memuridkan anak-anak Tuhan bertumbuh pada kedewasaan dalam Kristus bersama rekan-rekan tubuh Kristus yang lainnya kami bersinergi agar pemulihan pelayanan lima jawatan terjadi atas gereja Tuhan. Kerinduan kami adalah melihat setiap anak Tuhan diperlengkapi dan menggenapi panggilan Tuhan atas hidupnya. Kami percaya setiap anak Tuhan, adalah alat Tuhan dan tidak ada yang namanya hanya “jemaat biasa”. Setiap anak Tuhan adalah orang-orang yang luar biasa di dalam tanganNya.
Apakah harga seorang murid? Alkitab berkata,”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKU.” (Luk 14:27)…..”ia tidak layak bagiKU” (Mat 10:38). Pikul salib, yang berarti mati terhadap diri sendiri dan hidup sebagai ciptaan baru dalam Kristus.(2 Kor 5:17, Gal 2:19b-20).
Maukah anda membayar harga itu?
Bila anda rindu untuk menjadi murid Kristus dan ingin terus bertumbuh menjadi seorang yang berdampak bagi Kerajaan Tuhan maka kami mau mengajak anda bergabung di dalam kelompok pemuridan Eagles Nest Discipleship. Ada pun pelayanan kami bersifat interdenominasi, kita akan membahas bersama teologia dasar kekristenan dan pemuridan. Materi yang akan kita bahas bersama diantaranya :
Doktrin Theologia,
Kristologi,
Pneumatology(Roh Kudus),
Angelology(Malaikat),
Anthropology(Manusia),
Bibliology(Alkitab),
Soteriology(Keselamatan),
Ecclesiology(Gereja),
Thanatology(Kematian)
Eskatologi (Akhir Zaman)
Dasar Yang Benar
Kuasa Doa
Belajar Alkitab Praktis
Hidup Rumahtangga atau Keluarga
Bagaimana Hidup Dipimpin Roh Tuhan
Kuasa Pujian
Pelayanan Mujizat
Hidup Kekristenan yang Berkemenangan
Peperangan Rohani
Menjadi Saksi Kristus sampai ke ujung bumi
Ada pun The Eagles Nest Discipleship bekerjasama dengan lembaga pendidikan The Prophetic Voice Institute – Amerika Serikat, setiap murid yang mengikuti pertemuan dengan setia dan mengikuti ujian akhir akan mendapatkan Diploma in Discipleship dari lembaga tersebut.
Bagi yang berdomisili di kota Bandung, kita dapat bertemu dan belajar bersama sedang untuk di kota lain, kami bisa mengunjungi anda atau sekalipun tidak bisa jumpa secara tatap muka, kita berhubungan melalui e-mail (davebroos@yahoo.co.uk atau novie_durant@yahoo.com , yahoo messenger dengan I D davebroos, atau menelpon/SMS di 081330135643.
Sebagaimana yang kami tekankan di atas kerinduan kami bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tetapi kehidupan. Kerinduan kami kelompok pemuridan ini bukan saja memiliki nilai kekeluargaan yang kuat dalam Kristus tetapi juga bertumbuh bersama sebagai keluarga Tuhan yang berdampak bagi bangsanya bahkan bagi bangsa-bangsa.
Tuhan memberkati dan jangan ragu untuk menghubungi kami.
Pdt. Dave Broos
The Eagles Nest Ministries http://3a9l35-n35t.blogspot.com
Renungan Kehidupan http://renungandave.blogspot.com
Gereja Perjanjian Baru http://gerejaperjanjianbaru.blogspot.com
Suara Profetik http://9u4rd14n-4n93ls.blogspot.com
Pelayanan Doa http://globalprayernetwork.blogspot.com
Zoe Ministries http://zoeministries.blogspot.com
House Church and Me http://davebroos.blogspot.com
Sabtu, 19 Januari 2008
Surat Dari Pelayan Kaum Yang Terbuang
SURAT DARI PELAYAN KAUM YANG TERBUANG
Dear Bretheren,Hai ini Dave Broos, kami sekeluarga saat ini tinggalkota Kembang, Bandung. Hati kamisekeluarga merasakan sebuah panggilan untuk melayani kaumsubkultur/underground, yang selama ini mungkin belum tersentuh olehgereja pada umumnya. Bagi anda yang belum mengerti orang jenis apayang hendak secara spesifik kami layani diantaranya adalah kaumpunk, gothic, skaters, bikers, anak-anak geng, orang-orang jalanan,dll. Setelah 17 tahun kami melayani di gereja mainstream, kamimerasakan panggilan Tuhan bagi kaum yang selama ini terpinggirkan.Dan sangat sulit untuk membawa mereka ke gereja pada umumnya, saatsaya berdoa bagi mereka, saya merasakan bahwa kini saatnya bukanmembawa mereka ke gereja tetapi membawa gereja kepada mereka. Adabanyak orang yang merindukan Kristus namun mereka enggan pergi kegereja pada umumnya sebab merasa berdosa, tidak layak, terasing dandicurigai karena penampilan mereka yang berbeda.Saya teringat sebuah pengalaman di tahun 1992 ketika saya melayanidi sebuah gereja sebagai seorang full-timer dan seorang pelacurpelabuhan masuk. Pandangan sinis dengan penuh kecurigaan terbersitdari tatapan para jemaat dan bahkan para pelayan Tuhan, tidak adaorang yang mau menyapa atau duduk bersebelahan dengannya. Ketikasaya berbicara pada para rekan full-timer yang wanita untuk menemanidan membimbing pelacur itu, mereka pun enggan mendekati dan takutapa nanti kata jemaat lainnya. Hingga akhirnya saya mendatangi danmenyapa pelacur itu, duduk di sebelahnya dan menyambutkedatangannya. Sesaat tampak kekakuan dan tembok pertahanannyamencair ketika ada seorang yang datang dan menyambutnya dalam kasihKristus yang tulus. Bukankah Kristus pun disebut sahabat orangberdosa? (Matius 11:14)Di dalam pelayanan saya beberapa tahun ini , saya melihat bagaimanapemabuk, narapidana, pelacur jalanan, wanita panggilan kelas atas,dll datang pada Kristus ketika kita membuka diri, menerima merekaapa adanya di dalam kasih Kristus, tanpa menghakimi mereka dan padawaktu Tuhan, mereka datang pada Tuhan dalam pertobatan tanpamanipulasi atau intimidasi emosi, sebuah pertobatan sejati yangmembuat sebuah hidup diubahkan.Saat ini kami melangkah dengan iman memasuki pelayanan yang baru,banyak orang yang mempertanyakan buat apa kami melayani orang-orangyang aneh itu. Ini sebagian contoh dari komentar beberapa rekantercinta : "Mereka hanya akan menjadi sumber masalah dan beban bagikalian sekeluarga". "Ada lagi yang mengatakan apa timbal baliknya?Mereka tidak akan dapat menghidupi keluargamu malah nantimenyulitkan kamu." "Jangan sok jadi pahlawan!" "Kamu terlaluidealis, nanti susah sendiri hidupmu." "Pelayananmu itu tidakpopular, tidak akan ada orang yang mau mendukungmu, kecuali yangsama anehnya dengan dirimu." "You are alone, man." Apapun yangdikatakan mereka, saya tahu bahwa semuanya diucapkan karena merekamengasihi kami sekeluarga, namun itu tidak akan menghentikan kamiuntuk melakukan apa yang Tuhan taruhkan di dalam hati ini.Ada pun tujuan saya menuliskan surat ini adalah untuk share dengansaudara-saudaraku seiman, pertama-tama mungkin bila ada teman-temanyang sudah terjun dalam pelayanan subkultur dapat berbagicerita/pengalaman pelayanan sebab selama ini saya hanya memilikiteman-teman dari luar negeri yang memang sudah terjun dalampelayanan jenis ini, yang tentunya secara kultural sedikit berbedadengan subkultur di Indonesia.Selain itu hal yang kedua kami juga tengah mempersiapkan sebuahprogram "street ministry" sebagai contoh dimana kami merencanakanhendak membagi-bagikan pakaian bekas yang masih layak pakai, makanan& minuman yang sehat bagi para gelandangan dan pengobatan gratissecara periodik, sebagai sarana untuk menjembatani "friendshipevangelism". Jadi kami akan sangat senang bila saat ini dapatmemiliki teman-teman yang mungkin terbeban mendukungnya. Dan bilaada ide-ide lainnya kami akan sangat senang mendengarkannya.Hal yang ketiga, saya juga akan senang sekali bila ada rekan-rekanmusisi Kristen (dalam jenis musik underground, hiphop,rock,punk,dll) atau artis Kristen (DJ, dancer, pemain drama dll)yang punya hati untuk menjangkau anak-anak subkultur. Saya sangatingin berkenalan dengan anda atau mungkin ada saudara atau teman,saya akan sangat bersyukur bila dapat berkenalan.Hal yang keempat, di dalam memulai pelayanan ini saya tidak memilikisponsor dari gereja ataupun organisasi apa pun, maka kami memutuskanuntuk mencoba sebuah self support ministry atau menjadi "tentmaker"seperti Paulus, bekerja membuat tenda untuk mencukupi pelayanannyasendiri (Kis 18:3). Kami ingin bergerak di dalam penjualan pakaianatau clothing, bagi saudara-saudara seiman yang memiliki usahasejenis itu(distro umpamanya), saya sedang memikirkan bila kitadapat menjadi rekanan. Atau bila ada saudara-saudara seiman lainyang memiliki masukan-masukan, kami sangat terbuka untukmendengarkannya. 17 tahun terakhir ini saya full time di duniapelayanan, jadi tentunya saya juga harus banyak belajar dari andayang mungkin punya pengalaman lebih banyak di dunia entrepreneurship.Ok, sampai di sini dulu isi surat saya, hambaNya bagi kaum yangterbuang. God bless you.Dave
Dear Bretheren,Hai ini Dave Broos, kami sekeluarga saat ini tinggalkota Kembang, Bandung. Hati kamisekeluarga merasakan sebuah panggilan untuk melayani kaumsubkultur/underground, yang selama ini mungkin belum tersentuh olehgereja pada umumnya. Bagi anda yang belum mengerti orang jenis apayang hendak secara spesifik kami layani diantaranya adalah kaumpunk, gothic, skaters, bikers, anak-anak geng, orang-orang jalanan,dll. Setelah 17 tahun kami melayani di gereja mainstream, kamimerasakan panggilan Tuhan bagi kaum yang selama ini terpinggirkan.Dan sangat sulit untuk membawa mereka ke gereja pada umumnya, saatsaya berdoa bagi mereka, saya merasakan bahwa kini saatnya bukanmembawa mereka ke gereja tetapi membawa gereja kepada mereka. Adabanyak orang yang merindukan Kristus namun mereka enggan pergi kegereja pada umumnya sebab merasa berdosa, tidak layak, terasing dandicurigai karena penampilan mereka yang berbeda.Saya teringat sebuah pengalaman di tahun 1992 ketika saya melayanidi sebuah gereja sebagai seorang full-timer dan seorang pelacurpelabuhan masuk. Pandangan sinis dengan penuh kecurigaan terbersitdari tatapan para jemaat dan bahkan para pelayan Tuhan, tidak adaorang yang mau menyapa atau duduk bersebelahan dengannya. Ketikasaya berbicara pada para rekan full-timer yang wanita untuk menemanidan membimbing pelacur itu, mereka pun enggan mendekati dan takutapa nanti kata jemaat lainnya. Hingga akhirnya saya mendatangi danmenyapa pelacur itu, duduk di sebelahnya dan menyambutkedatangannya. Sesaat tampak kekakuan dan tembok pertahanannyamencair ketika ada seorang yang datang dan menyambutnya dalam kasihKristus yang tulus. Bukankah Kristus pun disebut sahabat orangberdosa? (Matius 11:14)Di dalam pelayanan saya beberapa tahun ini , saya melihat bagaimanapemabuk, narapidana, pelacur jalanan, wanita panggilan kelas atas,dll datang pada Kristus ketika kita membuka diri, menerima merekaapa adanya di dalam kasih Kristus, tanpa menghakimi mereka dan padawaktu Tuhan, mereka datang pada Tuhan dalam pertobatan tanpamanipulasi atau intimidasi emosi, sebuah pertobatan sejati yangmembuat sebuah hidup diubahkan.Saat ini kami melangkah dengan iman memasuki pelayanan yang baru,banyak orang yang mempertanyakan buat apa kami melayani orang-orangyang aneh itu. Ini sebagian contoh dari komentar beberapa rekantercinta : "Mereka hanya akan menjadi sumber masalah dan beban bagikalian sekeluarga". "Ada lagi yang mengatakan apa timbal baliknya?Mereka tidak akan dapat menghidupi keluargamu malah nantimenyulitkan kamu." "Jangan sok jadi pahlawan!" "Kamu terlaluidealis, nanti susah sendiri hidupmu." "Pelayananmu itu tidakpopular, tidak akan ada orang yang mau mendukungmu, kecuali yangsama anehnya dengan dirimu." "You are alone, man." Apapun yangdikatakan mereka, saya tahu bahwa semuanya diucapkan karena merekamengasihi kami sekeluarga, namun itu tidak akan menghentikan kamiuntuk melakukan apa yang Tuhan taruhkan di dalam hati ini.Ada pun tujuan saya menuliskan surat ini adalah untuk share dengansaudara-saudaraku seiman, pertama-tama mungkin bila ada teman-temanyang sudah terjun dalam pelayanan subkultur dapat berbagicerita/pengalaman pelayanan sebab selama ini saya hanya memilikiteman-teman dari luar negeri yang memang sudah terjun dalampelayanan jenis ini, yang tentunya secara kultural sedikit berbedadengan subkultur di Indonesia.Selain itu hal yang kedua kami juga tengah mempersiapkan sebuahprogram "street ministry" sebagai contoh dimana kami merencanakanhendak membagi-bagikan pakaian bekas yang masih layak pakai, makanan& minuman yang sehat bagi para gelandangan dan pengobatan gratissecara periodik, sebagai sarana untuk menjembatani "friendshipevangelism". Jadi kami akan sangat senang bila saat ini dapatmemiliki teman-teman yang mungkin terbeban mendukungnya. Dan bilaada ide-ide lainnya kami akan sangat senang mendengarkannya.Hal yang ketiga, saya juga akan senang sekali bila ada rekan-rekanmusisi Kristen (dalam jenis musik underground, hiphop,rock,punk,dll) atau artis Kristen (DJ, dancer, pemain drama dll)yang punya hati untuk menjangkau anak-anak subkultur. Saya sangatingin berkenalan dengan anda atau mungkin ada saudara atau teman,saya akan sangat bersyukur bila dapat berkenalan.Hal yang keempat, di dalam memulai pelayanan ini saya tidak memilikisponsor dari gereja ataupun organisasi apa pun, maka kami memutuskanuntuk mencoba sebuah self support ministry atau menjadi "tentmaker"seperti Paulus, bekerja membuat tenda untuk mencukupi pelayanannyasendiri (Kis 18:3). Kami ingin bergerak di dalam penjualan pakaianatau clothing, bagi saudara-saudara seiman yang memiliki usahasejenis itu(distro umpamanya), saya sedang memikirkan bila kitadapat menjadi rekanan. Atau bila ada saudara-saudara seiman lainyang memiliki masukan-masukan, kami sangat terbuka untukmendengarkannya. 17 tahun terakhir ini saya full time di duniapelayanan, jadi tentunya saya juga harus banyak belajar dari andayang mungkin punya pengalaman lebih banyak di dunia entrepreneurship.Ok, sampai di sini dulu isi surat saya, hambaNya bagi kaum yangterbuang. God bless you.Dave
THIS IS MY STORY
THIS IS MY STORY (INI KISAHKU)Hai nama saya, Dave Broos, terlahir di kota Bandung, 24 September 1969. Nama saya terdengar asing mungkin di telinga orang Indonesia. Mengapa sedikit asing terdengar, apakah saya orang "bule"? Tidak sepenuhnya benar, namun saya adalah anak peranakan, mama saya adalah seorang peranakan Belanda-Ambon sedang ayah kandung saya merupakan keturunan Tionghoa. Sejak saya berada dalam kandungan mama, pria kekasih mama yang seharusnya jadi papa saya telah melarikan diri dengan wanita lain…oleh sebab itu saya adalah anak yang lahir di luar pernikahan. Orang menamakan anak-anak yang terlahir seperti saya sebagai "anak haram". Suka atau tidak itu merupakan bagian hidup yang tidak dapat disangkali dan dihindari. Oleh sebab itu nama keluarga yang saya sandang adalah nama keluarga mama. Di rumah saya biasa dipanggil Dave. Meski saya dibesarkan hanya oleh mama saja tetapi hidup saya tidak begitu buruk sebab di rumah ada opa dan oma ditambah adik mama saya, seorang oom yang keren.Namun semua mulai berubah ketika opa meninggal dunia, oma saya pindah ke negeri Belanda dan mama menikah. Saat itu usia 10 tahun, saat mama menikah dan saya mengalami "shock" dengan cara papa tiri saya membesarkan saya. Nilai-nilai dalam melihat kehidupan dan cara membesarkan anak sangat berbeda dengan pola yang selama ini saya dapat dari oma. Ya, saya lebih dekat dengan oma, sebab mama saya harus bekerja di sebuah perusahaan farmasi, PT Tempo. Hingga timbul pemberontakan dalam diri saya, sebagai contoh oma saya tidak pernah mempergunakan kata-kata negative dan cara-cara negative saat beliau marah dan hendak mendisiplin saya, namun "papa" melakukan hal-hal seperti itu, seperti mengatai saya "anak haram jadah" atau "anak berandalan" dll. Saat itu saya marah dan kecewa pada mama, namun tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Sebelum oma saya pergi meninggalkan kami, saya dikenal anak yang penurut, tidak suka kekerasan dan selalu berpegang pada tata tertib/peraturan baik di rumah maupun di sekolah namun setelah pernikahan mama itumerupakan "turning point" hidupku masuk ke dalam dunia yang kelam akibat kekecewaan terhadap orangtua.Saat itulah saya mulai menerima ajakan teman-teman saya di kelas untuk mulai merokok, melihat gambar porno, ikut berkelahi dengan sekolah yang bertetangga dengan sekolah kami, mulai coba menegak minuman keras….itu semua saya lakukan di kelas 5 SD (SD Pardomuan).Memasuki usia remaja, saya malah mulai bergaul dengan teman-teman yang salah, anak-anak yang juga terluka hatinya terhadap ortu. Hal-hal agamawi merupakan hal yang paling membosankan dalam hidupku saat itu sebab saat itu saya bersekolah di SMPK Bahureksa dan SMAK Dago alias sekolah Kristen. Saat SMP setiap hari ada renungan pagi di aula dan saat SMA seminggu sekali ada renungan bersama. Namun urusanmengenai Tuhan sama sekali tidak ada dalam benakku, mengapa? Sebab saat itu saya berpikir untuk apa memperdulikan Tuhan sebab Ia hanya perduli pada keluarga yang baik-baik saja, sedang saya hanya anak yang terlahir tanpa disengaja.Kenakalan remaja berubah menjadi terlibat kejahatan saat saya bergabung dalam geng Moonraker. Terperosok dalam lembah hitam yang lebih dalam, tidak pernah terpikirkan seumur hidup saya untuk terlibat dalam bermacam tindak criminal dan kekerasan tetapi itulah yang terjadi. Berulang kali berurusan dengan pihak berwajib, ditahan di dalam sel bui yang pengap, masuk rumah sakit karena keracunan obat-obatan daftar G, tertusuk saat tawuran dan masih ada sederetan keberingasan yang saya buat saat itu. Membuat hubungan saya dengan ortu semakin renggang berulang kali saya diusir dari rumah oleh papa. Beliau sudah memberikan ultimatum pada saya dia tidak mau mendengar ada laporan dari polisi atau insiden yang menyebabkan saya masuk rumah sakit. Dan semua itu saya langgar, dan ia marah besar. Oleh sebab itu saya diusir dari rumah olehnya dan suatu saat mama yang biasanya mencari saya di jalanan pun ikut mengusir saya. Hingga saya ditampung di rumah adik dari oma saya, sampai saya lulus SMA di tahun1988.Memasuki dunia perkuliahan tidak otomatis membuat saya berubah, saya makin menjadi-jadi dengan geng saya yang saat itu tengah "panas" dengan sebuah geng lain di kota kami, XTC.Pada tahun 1990, ada seseorang entah siapa yang mengikutsertakan saya pada sebuah kursus Alkitab mengenai Injil Yohanes. Saat itu saya mulai mengerti apa yang Tuhan kehendaki, meski masih samar-samar, dan untuk urusan agama saya gengsi saat itu untuk bertanya pada siapapun. Tetapi Tuhan punya cara saja , entah nanti ada teman memberikan traktat, dapat mimpi yang aneh, dijamah melalui lagu rock dunia hingga suatu hari di awal Maret 1991, saya mulai berpikir dan merenungkan kembali mengenai jalan hidup saya mengapa terjerembab jauh sekali di dalam lembah kekelaman. Satu hal yang saya sadari adalah mengapa saya seperti ini? Adalah saya membutuhkan seseorangyang MENGASIHI saya, mau MENERIMA saya apa adanya, PERCAYA pada saya dan MENDUKUNG saya dengan berjalan BERSAMA dan MEMBERIKAN TELADAN.Tanggal 28 Maret 1991, saya mengunjungi sebuah KKR yang dilayani oleh Pdt. Yeremia Riem (alm), di saat itulah saya sungguh-sungguh mengalami jamahan Tuhan, saya menyadari kebutuhan saya akan seorang Juruselamat dan TUhan, dan terlebih lagi saya melihat semua criteria itu ada pada Yesus. Pada hari itu, saya menjadi ciptaan baru di dalam Kristus.Saat saya bertobat tidak ada seorangpun yang percaya akan hal itu termasuk orangtua saya. Sudah terlalu banyak dusta dalam hidup saya hingga orang tidak yakin akan pertobatan saya. Hingga saya memutuskan pada bulan Oktober 1991 untuk pindah ke kota Surabaya dan memulai hidup baru.Di kota Surabaya saya menyerahkan hidup saya untuk melayani Tuhan Yesus sepenuh waktu. Memulai pelayanan sebagai koster gereja karena dicurigai jemaat hingga akhirnya menjadi dipercaya sebagai gembala kaum muda sampai tahun 1994. Tuhan mulai membentukku di tempat ini sebagai hambaNya di GBI Pondok Daud yang saat itu digembalakan oleh Pdt Yulius Hetharia. Aku belajar menjadi seorang “hamba” sebab dulu aku terbiasa dilayani, belajar arti mengasihi dan panjang sabar pada saudara seiman maupun orang yang belum percaya, dan masih banyak hal yang dasyat dalam pembentukkan. Pada pertengahan tahun 1993, untuk pertama kalinya Tuhan mengizinkan aku untuk masuk sebuah lembaga pendidikan Alkitab di Lawang Bible Training Center, untuk mengikuti program Pemuridan Khusus. Saat gereja tidak dapat memberikan dana pendidikan, Tuhan membuka sebuah jalan bagiku untuk dapat membayar semua biaya yang diminta. Sebelum berangkat, tiba-tiba anak-anak pemuda membelikanku semua perlengkapan harian. Aku sangat terharu melihat cara pemeliharaan Tuhan yang heran. Selama dalam pembentukkan satu bulan itu, kudisadarkan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang hidup dan Ia sungguh nyata kuasaNya.
Tahun 1995, saya mengikuti pendidikan Discipleship Training School dari Youth With A Mission di Jakarta. Sekali lagi dengan cara yang mengherankan Tuhan menolong saya mengikuti pendidikan Alkitab selama 6 bulan ini. Saat kuberdoa dan Tuhan menyatakan bahwa Ia menghendaki aku masuk program pendidikan DTS, Ia juga menggerakkan orang-orang disekitarku untuk mencukupi segala biaya pendidikankku tanpa sekalipun aku minta tolong pada orang-orang tersebut, yang lebih mengherankan salah satu orang yang memberkatiku adalah seorang kaum Kedar. Di tempat inilah aku belajar untuk lebih peka mendengar suara Tuhan, mentaatinya dan mengenal isi hatiNya, yaitu jiwa-jiwa terhilang. Tuhan membawaku dan rekan-rekan setimku untuk melayani jiwa-jiwa di kepulauan Maluku dan itu merupakan pengalaman yang dasyat. Bagaimana Tuhan memelihara kami dan menjamah jiwa-jiwa yang terbelenggu, terluka, melihat kaum Kedar diselamatkan dan gereja Tuhan mengalami kebangunan rohani. Di tempat itulah saya bertemu dengan seorang kakak rohani bernama Hermina Usmany (ia director DTS) dan ayah & ibu rohani Ps. Christopher K & Vijaya.Tahun 1996, saya sempat mengikuti pendidikan di Institut Theologia Gamaliel Tasikmalaya selama satu semester. Lalu Tuhan menegur saya mengenai motivasi masuk ke sekolah theologia tersebut. Setelah saya pulang dari Maluku dan lulus dengan nilai baik dari DTS. Ada dua berita suka maupun duka. Berita suka adalah mama saya lahir baru, puji Tuhan. Ia cinta Tuhan, dibaptis, berjemaat di GISI Eben Haezer Bandung dan terlibat pelayanan juga di sana. Namun berita dukanya adalah mama sakit kanker payudara dan kami tidak memiliki biaya untuk berobat. Mama saya mengatakan bahwa bila Tuhan berkehendak menyembuhkannya, ia akan sembuh namun bila mana Ia berkehendak lain, mama akan tetap setia melayani sampai akhir hayat. Ia tidak ingin diriku terbeban. Lalu timbullah ide baikku dengan berpikir seandainya aku jadi pendeta gereja besar atau bergabung dengan pelayanan besar tentu aku akan dapat membiayai pengobatan mama-ku. Saat itu salah satu “idola rohani”ku adalah Bpk Pdt Yulius Ishak dan putranya Pdt Rubin Adi. Jadi ide baikku saat itu adalah bergabung dengan STT yang beliau kelola dan lalu menjadi staf penggembalaan beliau. Namun ide baikku belum tentu ide Tuhan. Di Tasikmalaya Tuhan menegurku dan lalu aku mengundurkan diri untuk mengikuti pendidikan Basic Leadership School dari Youth With A Mission di Lawang, yang dipimpin oleh Ibu Yulianti Liemarto. Tadinya aku bergumul dan menyatakan bila ini merupakan kehendak Tuhan biarlah ada 3 orang YWAM yang menghubungiku di Tasikmalaya. Luar biasa 5 orang YWAM menghubungiku sebagai sebuah peneguhan TUhan, pada hambaNya ini. Akhirnya aku menjadi staf DTS di YWAM Lawang dan bersama rekanku Debora Saragih membawa tim untuk melayani di Pasuruan, Probolinggo, Pulau Madura dan Pulau Bali. Dan juga membawa tim-tim praktek dari luar negeri berkeliling ke beberapa kota dan desa.
Pada bulan Agustus 1997, aku pulang ke rumah dengan sebuah kesukaan besar dari ladang pelayanan setelah melihat seorang Madura diselamatkan dan mengalami mujizat kesembuhan di pulau Madura setelah kami menyetel film JESUS.
Saat aku membuka pintu rumah, aku disambut papa dengan wajah yang sendu dan mengabarkan mama sudah terkena kanker stadium 4. Aku cukup terpukul meski saat kumemandang wajah mama, tidak nampak sedikitpun rasa takut ataupun cemas. Wajah mama tetap ceria seperti biasanya, menanyakan bagaimana pelayananku dan ia bilang kalau Tuhan masih menambah usianya dan mengadakan mujizat, ia akan pergi pelayanan berkeliling bersamaku. Setiap hari kami sekeluarga berkumpul, membaca Firman Tuhan, dan bersehati dalam doa untuk kesembuhan mama.
Sampai salah satu senior dari YWAM Maluku, Bpk Paul Tapilatu datang mendoakan dan ia memberikan ayat Firman Tuhan dari Daniel 3 mengenai Sadrakh, Mesakh dan Abednego dihadapan patung emas Nebukadnezar sebelum pergi meninggalkan kami.
Aku keesokkan harinya merenungkan ayat 17 dan 18,” Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu….tetapi seandainya TIDAK……kami tidak akan memuja dewa tuanku….” Kata tidak dalam ayat itu tiba-tiba menghujam hatiku, kalau seandainya mama tidak sembuh sebab memang saatnya sudah tiba sekarang baginya pulang ke rumah Bapa, apakah aku akan meninggalkan TUhan…akankah aku kecewa padaNya? Aku sempat termenung cukup lama sebelum aku menjawab bahwa aku siap apapun yang terjadi aku akan tetap setia melayani Dia. Pada tanggal 7 bulan September 1997, mama pulang ke rumah Bapa dengan tenang, semua orang heran melihat ketenangan, sukacita dan kasih yang terpancar melaluinya sampai detik terakhir hingga banyak orang tak percaya bahwa mama menderita kanker stadium 4.
Setelah kematian mama, aku masih tetap melayani di YWAM Lawang dan mendapatkan pemulihan Tuhan sambil membantu pelayanan pemuda di GISI Eben Haezer Bandung.
Pada Februari 1998, TUhan membawa saya merintis sebuah jemaat bernama GKB Cinta Kasih Bangsa (Indonesian Christian Center) dan yayasan sosial bernama Yayasan Pelayanan Cinta Kasih Bangsa di Surabaya dan Gresik bersama salah satu mentor kami, menggembalakan jemaat dan memimpin yayasan tersebut sampai pada Februari 2005. Suatu hal yang tidak pernah terpikirkan dalam diriku menjadi seorang gembala sidang dan memulai pelayanan sendiri. Jemaat kami adalah orang-orang menengah ke bawah, tepatnya kaum terbuang. Para mantan anak nakal, wanita panggilan, mantan napi, petani, buruh pabrik, dan kaum yang selama ini jarang dilirik oleh gereja pada umumnya. Dan terlibat dalam pergerakan pelayanan penanaman gereja rumah di Indonesia, kami telah mengirim tim-tim pelayanan ke Aceh, Bengkulu, NTB, Madura, Pasuruan/Tengger. Membuat sekolah sekolah pelatihan pemuridan Dare To Change dan pelatihan missi Equipping Training and Strategy dan juga School of Prophet and Prophetees. Ini merupakan hal-hal yang di luar akal dan pemikiranku. Visi kami adalah menjangkau suku terabaikan dan orang belum bergereja di Indonesia. Setelah “timing” kami selesai, kami menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan gereja yang telah kami rintis pada anak-anak rohani yang telah dimuridkan selama ini.Pada Agustus 2005 kami berjemaat dan membantu perkembangan Gereja Oikos (GO) Surabaya, yang digembalakan Penatua Johanes Harijanto dan menjadi bagian dari tim kepemimpinan pemuda hingga Juni 2007.
Pada bulan Juni 2007 kami sekeluarga telah pindah ke kota Bandung dan memulai pelayanan yang baru. Tuhan memberi hati pada kami sekeluarga untuk melayani mereka yang membutuhkan pemulihan dan mau untuk dimuridkan. Kerinduan kami merintis dan melayani komunitas subkultur (punk,gothic,underground,dll). Kerinduan hati kami adalah merintis gereja bagi orang yang selama ini enggan pergi ke gereja. Denga merintis sebuah gereja dengan nafas baru dan semangat baru. Pada saat kami mendoakan hal ini pada awal 2006. kami berkenalan dengan Morria seorang pelayan Tuhan yang melayani kaum Gothic di Amerika Serikat dan lalu ia menunjuk saya sebagai Ministry Overseer Shadow of the Cross – Indonesia. Kami masih berdoa untuk strategi dari Tuhan dan jiwa-jiwa baru tersebut.
Sejak tahun 2000 hingga kini, saya terlibat dalam pergerakan penanaman gereja (church planting movement) dan simple church planting movement. Dan dimentor oleh Robert Fitts Sr (Outreach Fellowship International), John White (DAWN Ministries), Dan Hubbel, Cornelius Wing, Jonathan Pattiasina dan Samuel Saputra. Nama-nama diatas merupakan orang-orang yang telah banyak mewarnai kehidupan dan pelayanan kami sekeluarga.
Kerinduan kami yang terdalam melihat mereka yang terhilang diselamatkan dan dipulihkan, dimuridkan, membentuk komunitas yang bermultiplikasi dan Kerajaan Tuhan diperlebar memancarkan terangNya.Saya menikahi Novie Durant pada Agustus 1999. Dimana sekali lagi Tuhan mengadakan banyak mujizat dan pertolongan dan pernikahan kami. Bagaimana Ia mempertemukan kami dan meneguhkan pernikahan tersebut di tengah kesibukan pelayanan. Dari pernikahan ini kami dikaruniaidua orang anak yang lahir di Surabaya, Philip Broos lahir 21 Juli 2000 dan Regina Broos (alm) lahir tanggal 11 April 2005, yang berpulang ke Rumah Bapa sejam kemudian setelah dilahirkan akibat praeklamsi. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil.Inilah kisah hidup saya , "sampah" ini bisa Tuhan ubahkan, jadialatNya dan bahkan lebih lagi dijadikan sebagai anakNya. Ia bisa dan mau mengasihi semuanya termasuk anda. Dan Ia pun mau memakai anda, namun maukah anda? God bless you all.Dave Broos
Bila anda membutuhkan pelayanan kami atau sekedar ingin bersahabat /sharing silahkan hubungi :
HP : 081330135643 (cp Dave Broos)
Atau email davebroos@yahoo.co.uk
Ingin bertumbuh lebih lagi, silahkan masuk ke website para rekan sekerja kami.
http://www.shaddowcross.com/
http://www.roberfitts.com/
http://www.dawnministries.org/
http://www.jonathanpattiasina.com/
http://www.corneliuswing.com/
Tahun 1995, saya mengikuti pendidikan Discipleship Training School dari Youth With A Mission di Jakarta. Sekali lagi dengan cara yang mengherankan Tuhan menolong saya mengikuti pendidikan Alkitab selama 6 bulan ini. Saat kuberdoa dan Tuhan menyatakan bahwa Ia menghendaki aku masuk program pendidikan DTS, Ia juga menggerakkan orang-orang disekitarku untuk mencukupi segala biaya pendidikankku tanpa sekalipun aku minta tolong pada orang-orang tersebut, yang lebih mengherankan salah satu orang yang memberkatiku adalah seorang kaum Kedar. Di tempat inilah aku belajar untuk lebih peka mendengar suara Tuhan, mentaatinya dan mengenal isi hatiNya, yaitu jiwa-jiwa terhilang. Tuhan membawaku dan rekan-rekan setimku untuk melayani jiwa-jiwa di kepulauan Maluku dan itu merupakan pengalaman yang dasyat. Bagaimana Tuhan memelihara kami dan menjamah jiwa-jiwa yang terbelenggu, terluka, melihat kaum Kedar diselamatkan dan gereja Tuhan mengalami kebangunan rohani. Di tempat itulah saya bertemu dengan seorang kakak rohani bernama Hermina Usmany (ia director DTS) dan ayah & ibu rohani Ps. Christopher K & Vijaya.Tahun 1996, saya sempat mengikuti pendidikan di Institut Theologia Gamaliel Tasikmalaya selama satu semester. Lalu Tuhan menegur saya mengenai motivasi masuk ke sekolah theologia tersebut. Setelah saya pulang dari Maluku dan lulus dengan nilai baik dari DTS. Ada dua berita suka maupun duka. Berita suka adalah mama saya lahir baru, puji Tuhan. Ia cinta Tuhan, dibaptis, berjemaat di GISI Eben Haezer Bandung dan terlibat pelayanan juga di sana. Namun berita dukanya adalah mama sakit kanker payudara dan kami tidak memiliki biaya untuk berobat. Mama saya mengatakan bahwa bila Tuhan berkehendak menyembuhkannya, ia akan sembuh namun bila mana Ia berkehendak lain, mama akan tetap setia melayani sampai akhir hayat. Ia tidak ingin diriku terbeban. Lalu timbullah ide baikku dengan berpikir seandainya aku jadi pendeta gereja besar atau bergabung dengan pelayanan besar tentu aku akan dapat membiayai pengobatan mama-ku. Saat itu salah satu “idola rohani”ku adalah Bpk Pdt Yulius Ishak dan putranya Pdt Rubin Adi. Jadi ide baikku saat itu adalah bergabung dengan STT yang beliau kelola dan lalu menjadi staf penggembalaan beliau. Namun ide baikku belum tentu ide Tuhan. Di Tasikmalaya Tuhan menegurku dan lalu aku mengundurkan diri untuk mengikuti pendidikan Basic Leadership School dari Youth With A Mission di Lawang, yang dipimpin oleh Ibu Yulianti Liemarto. Tadinya aku bergumul dan menyatakan bila ini merupakan kehendak Tuhan biarlah ada 3 orang YWAM yang menghubungiku di Tasikmalaya. Luar biasa 5 orang YWAM menghubungiku sebagai sebuah peneguhan TUhan, pada hambaNya ini. Akhirnya aku menjadi staf DTS di YWAM Lawang dan bersama rekanku Debora Saragih membawa tim untuk melayani di Pasuruan, Probolinggo, Pulau Madura dan Pulau Bali. Dan juga membawa tim-tim praktek dari luar negeri berkeliling ke beberapa kota dan desa.
Pada bulan Agustus 1997, aku pulang ke rumah dengan sebuah kesukaan besar dari ladang pelayanan setelah melihat seorang Madura diselamatkan dan mengalami mujizat kesembuhan di pulau Madura setelah kami menyetel film JESUS.
Saat aku membuka pintu rumah, aku disambut papa dengan wajah yang sendu dan mengabarkan mama sudah terkena kanker stadium 4. Aku cukup terpukul meski saat kumemandang wajah mama, tidak nampak sedikitpun rasa takut ataupun cemas. Wajah mama tetap ceria seperti biasanya, menanyakan bagaimana pelayananku dan ia bilang kalau Tuhan masih menambah usianya dan mengadakan mujizat, ia akan pergi pelayanan berkeliling bersamaku. Setiap hari kami sekeluarga berkumpul, membaca Firman Tuhan, dan bersehati dalam doa untuk kesembuhan mama.
Sampai salah satu senior dari YWAM Maluku, Bpk Paul Tapilatu datang mendoakan dan ia memberikan ayat Firman Tuhan dari Daniel 3 mengenai Sadrakh, Mesakh dan Abednego dihadapan patung emas Nebukadnezar sebelum pergi meninggalkan kami.
Aku keesokkan harinya merenungkan ayat 17 dan 18,” Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu….tetapi seandainya TIDAK……kami tidak akan memuja dewa tuanku….” Kata tidak dalam ayat itu tiba-tiba menghujam hatiku, kalau seandainya mama tidak sembuh sebab memang saatnya sudah tiba sekarang baginya pulang ke rumah Bapa, apakah aku akan meninggalkan TUhan…akankah aku kecewa padaNya? Aku sempat termenung cukup lama sebelum aku menjawab bahwa aku siap apapun yang terjadi aku akan tetap setia melayani Dia. Pada tanggal 7 bulan September 1997, mama pulang ke rumah Bapa dengan tenang, semua orang heran melihat ketenangan, sukacita dan kasih yang terpancar melaluinya sampai detik terakhir hingga banyak orang tak percaya bahwa mama menderita kanker stadium 4.
Setelah kematian mama, aku masih tetap melayani di YWAM Lawang dan mendapatkan pemulihan Tuhan sambil membantu pelayanan pemuda di GISI Eben Haezer Bandung.
Pada Februari 1998, TUhan membawa saya merintis sebuah jemaat bernama GKB Cinta Kasih Bangsa (Indonesian Christian Center) dan yayasan sosial bernama Yayasan Pelayanan Cinta Kasih Bangsa di Surabaya dan Gresik bersama salah satu mentor kami, menggembalakan jemaat dan memimpin yayasan tersebut sampai pada Februari 2005. Suatu hal yang tidak pernah terpikirkan dalam diriku menjadi seorang gembala sidang dan memulai pelayanan sendiri. Jemaat kami adalah orang-orang menengah ke bawah, tepatnya kaum terbuang. Para mantan anak nakal, wanita panggilan, mantan napi, petani, buruh pabrik, dan kaum yang selama ini jarang dilirik oleh gereja pada umumnya. Dan terlibat dalam pergerakan pelayanan penanaman gereja rumah di Indonesia, kami telah mengirim tim-tim pelayanan ke Aceh, Bengkulu, NTB, Madura, Pasuruan/Tengger. Membuat sekolah sekolah pelatihan pemuridan Dare To Change dan pelatihan missi Equipping Training and Strategy dan juga School of Prophet and Prophetees. Ini merupakan hal-hal yang di luar akal dan pemikiranku. Visi kami adalah menjangkau suku terabaikan dan orang belum bergereja di Indonesia. Setelah “timing” kami selesai, kami menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan gereja yang telah kami rintis pada anak-anak rohani yang telah dimuridkan selama ini.Pada Agustus 2005 kami berjemaat dan membantu perkembangan Gereja Oikos (GO) Surabaya, yang digembalakan Penatua Johanes Harijanto dan menjadi bagian dari tim kepemimpinan pemuda hingga Juni 2007.
Pada bulan Juni 2007 kami sekeluarga telah pindah ke kota Bandung dan memulai pelayanan yang baru. Tuhan memberi hati pada kami sekeluarga untuk melayani mereka yang membutuhkan pemulihan dan mau untuk dimuridkan. Kerinduan kami merintis dan melayani komunitas subkultur (punk,gothic,underground,dll). Kerinduan hati kami adalah merintis gereja bagi orang yang selama ini enggan pergi ke gereja. Denga merintis sebuah gereja dengan nafas baru dan semangat baru. Pada saat kami mendoakan hal ini pada awal 2006. kami berkenalan dengan Morria seorang pelayan Tuhan yang melayani kaum Gothic di Amerika Serikat dan lalu ia menunjuk saya sebagai Ministry Overseer Shadow of the Cross – Indonesia. Kami masih berdoa untuk strategi dari Tuhan dan jiwa-jiwa baru tersebut.
Sejak tahun 2000 hingga kini, saya terlibat dalam pergerakan penanaman gereja (church planting movement) dan simple church planting movement. Dan dimentor oleh Robert Fitts Sr (Outreach Fellowship International), John White (DAWN Ministries), Dan Hubbel, Cornelius Wing, Jonathan Pattiasina dan Samuel Saputra. Nama-nama diatas merupakan orang-orang yang telah banyak mewarnai kehidupan dan pelayanan kami sekeluarga.
Kerinduan kami yang terdalam melihat mereka yang terhilang diselamatkan dan dipulihkan, dimuridkan, membentuk komunitas yang bermultiplikasi dan Kerajaan Tuhan diperlebar memancarkan terangNya.Saya menikahi Novie Durant pada Agustus 1999. Dimana sekali lagi Tuhan mengadakan banyak mujizat dan pertolongan dan pernikahan kami. Bagaimana Ia mempertemukan kami dan meneguhkan pernikahan tersebut di tengah kesibukan pelayanan. Dari pernikahan ini kami dikaruniaidua orang anak yang lahir di Surabaya, Philip Broos lahir 21 Juli 2000 dan Regina Broos (alm) lahir tanggal 11 April 2005, yang berpulang ke Rumah Bapa sejam kemudian setelah dilahirkan akibat praeklamsi. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil.Inilah kisah hidup saya , "sampah" ini bisa Tuhan ubahkan, jadialatNya dan bahkan lebih lagi dijadikan sebagai anakNya. Ia bisa dan mau mengasihi semuanya termasuk anda. Dan Ia pun mau memakai anda, namun maukah anda? God bless you all.Dave Broos
Bila anda membutuhkan pelayanan kami atau sekedar ingin bersahabat /sharing silahkan hubungi :
HP : 081330135643 (cp Dave Broos)
Atau email davebroos@yahoo.co.uk
Ingin bertumbuh lebih lagi, silahkan masuk ke website para rekan sekerja kami.
http://www.shaddowcross.com/
http://www.roberfitts.com/
http://www.dawnministries.org/
http://www.jonathanpattiasina.com/
http://www.corneliuswing.com/
NAMAKU NOVIE
NAMAKU NOVIE
Hai namaku, Novie Durant. Aku lahir di pulau Sumatera 30 tahun yang lalu. Kurasa semua orang mendambakan untuk terlahir di dalam sebuah keluarga yang bahagia dan sempurna. Namun pada kenyataannya tidak semua keluarga hidup bahagia. Sebab kehidupan adalah kenyataan dan bukanlah cerita dongeng. Kuingin membagikan kisah hidupku yang penuh liku dan kerikil tajam.
Aku dibesarkan dalam sebuah keluarga pelaut. Pada saat aku lahir, papa tidak ada sebab sedang berlayar. Saat aku beranjak mencapai usia 2 tahun, papa baru pulang untuk melihat putri pertamanya. Sangat kurindukan pelukan dan perhatian dari seorang ayah yang penuh kasih, namun hal itu tidak pernah kudapatkan sebab ia harus berlayar ke negeri seberang. Hingga hubungan kami renggang, ia pun mengalami kesulitan di dalam berkomunikasi baik dengan diriku maupun adik lelakiku. Sebagaimana kebanyakan pelaut lainnya, ayahku memiliki kebiasaan buruk yang sama yaitu bermabuk-mabukkan.
Aku sering mengalami ketakutan bila melihat papa sedang mabuk, terlebih bila ia sedang marah. Tanpa sadar itu sangat melukai diriku dan merusak figur seorang pria secara keseluruhan di mataku.
Saat papa berlayar, keadaan ekonomi kami sangat baik. Kami biasa menolong keluarga dalam hal pendidikan dan usaha mereka maupun tetangga di lingkungan kami tinggal. Aku biasa mengenakan pakaian baru setiap kali papa pulang berlayar dari luar negeri. Sudah tradisi setiap akhir pekan kami akan pergi makan bersama di restoran. Kehidupan yang layak dan mapan telah kami jalani. Sampai suatu hari papa dijebak oleh salah seorang rekannya hingga ia sangat terpukul oleh peristiwa itu. Papaku dituduh sebagai penyelundup barang import. Papa dan mami meninggalkan kami ke Pulau Jawa. Sedang aku dan adik tetap tinggal di kota kelahiran. Kami dibesarkan di rumah keluarga mami. Dari keadaan ekonomi yang berlimpah-limpah, kini kami harus tinggal di rumah saudara. Demi sekolah dan kebutuhan sehari-hari, kami harus bekerja membereskan rumah dan aku memberikan les pada anak-anak di lingkungan kami tinggal untuk uang tambahan. Harga diri kami tercabik-cabik, keputusasaan, ketakutan, kecemasan dan kekuatiran menguasai pikiran dan hati. Terlebih saat aku mengalami pelecehan seksual, kebencian dan perasaan tidak percaya pada kaum pria bertambah besar.
Adakah masa depan bagi kami? Mengapa orang-orang yang dahulu papa dan mami bantu malah mencibir kami? Sia-siakah perhatian dan pertolongan keluarga kami dulu? Tidak adakah orang yang mengingat kebaikan yang telah keluargaku tabur? Aku sangat terluka saat itu, seolah-olah harga diriku runtuh. Dulu aku biasa mentraktir teman-temanku, kini aku ditraktir oleh mereka. Rasanya aneh dan sulit rasanya menerima keadaan ini. Namun itulah kehidupan yang harus aku lalui, berat dan perih tapi inilah jalan yang harus kulalui. Ketika sahabat-sahabatku terlibat pergaulan seks bebas dan bermabuk-mabukkan, aku tetap berpegang pada prinsip hidup yang kupercayai, yaitu aku tidak mau merusak diriku. Prestasi belajar di sekolah pun aku pertahankan,ketika anak lain yang frustasi membolos sekolah, aku tetap berprestasi dalam pendidikan. Orang-orang mengatakan,” Lihat si Novie, paling-paling sebentar lagi akan rusak sebab Papanya saja seperti itu.” Sudah cukup orang mencibir papa dan mami, aku ingin membuktikan bahwa keluarga kami tidak seperti itu.
Saat kuberanjak SMA, aku pindah ke Jakarta dan untuk pertama kalinya bersatu kembali dengan Papa dan Mami. Semenjak peristiwa yang menimpa Papa di Belawan, ia sulit untuk dapat bangkit kembali baik dalam pekerjaan dan usaha. Rasa kecewa dan terluka akibat dikhianati teman baiknya menyelimuti relung hatinya, yang membuat ia makin terbelenggu dalam kebiasaan buruknya bermabuk-mabukkan. Hingga ia sulit untuk dapat menjadi produktif lagi. Kulihat Mami dalam kondisi yang sulit sekali pun, ia tetap setia mendampingi Papa dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Aku pindah ke Jakarta sebab salah seorang tanteku mengatakan bahwa aku akan dibiayai olehnya selama mengikuti pendidikan. Memang hal itu terjadi sampai aku duduk di bangku kelas 3 SMA, dimana ia menolak untuk membiayaiku. Aku tidak mampu membeli buku sekolah dan bila hendak ulangan terpaksa belajar di rumah teman agar dapat mempelajari bahan ulangan besok. Sedih sekali rasanya hidup yang harus kulalui ini, aku sangat iri melihat teman-teman hidup dalam keluarga yang bahagia dan berkecukupan. Aku kadang merasa marah melihat anak-anak yang memiliki orangtua yang mapan namun tidak pernah serius belajar dan hanya hidup hura-hura. Meski hidup-ku sulit dan godaan teman-teman untuk “rusak” di ibukota sebagai jalan keluar cepat mencari uang ada di depan mata namun aku menolaknya, sebab aku ingin membuktikan bahwa aku dapat hidup lurus dan menjadi kebanggaan bagi keluarga-ku. Pada akhirnya aku dapat lulus SMA meski kondisi kami sulit saat itu. Namun tante-ku yang berjanji membiayai studiku menolak untuk membayar SPP-ku selama setahun dan menyuruh Papa untuk membayar semua biaya tersebut. Padahal saat itu, ia tahu bahwa Papa belum memiliki pekerjaan tetap dan bekerja serabutan. Walhasil, aku lulus SMA tapi tidak memiliki ijazah dan pupus sudah cita-citaku untuk kuliah psikologi dan mendalami pendidikan anak. Semuanya seolah hanya impian di siang bolong saja. Sempat aku kecewa dan marah pada sikap tante-ku, dulu sebelum mereka berhasil dan sukses, Papa membiayai hidup mereka bahkan membiayai kuliah om-ku. Kini ketika kami butuh pertolongan, mereka seolah melihat kami ini pengemis saja. Semudah itukah manusia lupa?
Akhirnya kami mengadu nasib di kota Pahlawan, Surabaya. Setelah sebelumnya Papa menjemput adik-ku di Sumatera, akhirnya kami bersatu kembali sebagai keluarga yang utuh meski dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu. Di kota Surabaya, kami berempat kost di sebuah kamar berukuran 3 x 3, di sebuah daerah perumahan padat dekat pelabuhan Perak. Meski kondisi ekonomi tidak kunjung membaik namun paling tidak di sini papa dan adik-ku mendapatkan pekerjaan sebagai pelaut kembali. Di daerah baru ini aku memiliki dua orang teman baik, mereka berdua acap kali mengajak-ku untuk mengikuti sebuah persekutuan doa, Youth Christian Center. Pada mulanya aku tidak tertarik dan acap kali sakit bila hendak pergi namun karena terus menerus mereka mengajak, akhirnya hatiku luluh dan mengikuti ibadah di sana. Saat itulah aku mulai dijamah oleh Tuhan, hatiku yang selama ini keras oleh tempaan hidup dan terluka sangat dalam mulai dipulihkan oleh Bapa Surgawi yang penuh kasih. Sedikit demi sedikit kekerasan hati dan luka-luka mulai disingkapkan dan dipulihkan. Persekutuan yang erat dan perhatian yang tulus kurasakan dalam komunitas itu. Aku merasa berharga dan dapat menjadi diriku sendiri tanpa dihakimi, dalam persekutuan inilah kurasakan apa yang dinamakan keluarga dalam Kristus yang sebenarnya. Dalam persekutuan itulah awal aku mengalami Kristus dan lahir baru.
Saat itulah aku mengalami kelepasan dari belenggu kutuk nenek moyang. Ini merupakan kesaksianku yang lain. Saat aku lahir, orang percaya bahwa aku memiliki keistimewaan sebab saat lahir sudah tumbuh dua gigi seri. Dari latar belakang papa yang mempercayai kuasa gelap dan juga nenek moyang mami yang terlibat okultisme membuat mereka mempercayai hal tersebut. Konon nenek moyang Mami merupakan “orang pintar” pada masa Sisingamangaraja. Sejak kecil aku sudah dapat melihat roh-roh jahat dan berkomunikasi dengan mereka. Keluargaku menganggap bahwa hal itu adalah anugerah dari Tuhan untuk menolong orang lain dan mengetahui masa depan. Ada anggota keluargaku yang membawa aku ke tempat beberapa paranormal, untuk meyakinkan keluarga dan diriku bahwa aku memiliki “kelebihan”. Aku tidak pernah mencari ilmu seperti paranormal pada umumnya namun roh-roh jahat itu datang, berkomunikasi dan membuat perjanjian denganku. Melalui kuasa roh-roh itu, aku dapat menyembuh mereka yang sakit, mencari barang yang hilang, menjadi medium, meramalkan masa depan, dan lain-lain. Namun setiap kali aku menjadi “alat” mereka, aku langsung sakit sesudahnya. Ada rasa takut juga dalam diriku, sebab tiap kali aku marah terhadap seseorang, pasti orang tersebut jatuh sakit atau bila ada orang yang telah kulayani ingkar janji padaku maka orang tersebut mengalami bencana.
Dalam persekutuan doa itulah Tuhan mulai menjamah, menyadarkan dan memerdekakan aku dari setiap belenggu dosa nenek moyang dan dilayani kelepasan. Aku sadar bahwa ini merupakan dosa nenek moyang, yang perlu aku akui dihadapan Tuhan meminta ampun atas apa yang telah dilakukan oleh nenek moyangku dan memutuskan rantai perhambaan itu selamanya.
Dari Persekutuan ini akhirnya aku diutus untuk mengikuti pendidikan PLHK di Bali Bible Training Center yang memperlengkapi aku lebih lagi dalam pengenalan akan Tuhan dan pekerjaan Tuhan.
Hati-ku sempat tertutup bagi pria sebab aku mengalami trauma terhadap sikap Papa yang kaku selama ini dan kebiasaan buruknya, plus pengalaman mengalami pelecehan seksual saat kecil. Sempat terbersit dalam benakku untuk menjadi biarawati gereja Katholik saja dan tidak perlu menikah. Namun setelah aku mengalami pemulihan yang dikerjakan Tuhan, hatiku yang dulu tertutup bagi pria mulai terbuka kembali.
Setelah mengalami pemulihan dan kelepasan itu rasa haus dan lapar akan Tuhan meliputi dalam diriku mendorong aku untuk lebih aktif di persekutuan. Saat itulah Tuhan mulai berbicara mengenai siapa calon pasangan hidupku. Ada perasaan aneh dan tidak percaya. Sampai suatu sore, dalam salah satu ibadah yang diadakan, sang pembicara menyampaikan khotbah dengan topik Kerendahan Hati dan diakhiri dengan pembasuhan kaki. Saat itu si pembicara menyatakan bahwa kami perlu berdoa terlebih dulu dan bertanya pada Tuhan siapa yang harus kami basuh kakinya. Saat kuberdoa ada sebuah instruksi yang sangat jelas bagiku untuk membasuh kaki ketua Persekutuan Doa tetapi tidak dengan handuk dan air di baskom, tetapi dengan tetesan air mata dan rambutku. Ada perasaan takut, bagaimana kata yang lain dan mengapa hanya padanya saja dan tidak yang lain. Namun aku memilih untuk taat saat itu, hatiku dijamah olehNya dan mentaati apa yang Tuhan perintahkan. Dikemudian hari baru kutahu bahwa pada tahun 1993, ketua PD kami saat itu berdoa dan Tuhan menyatakan bahwa Ia akan memberikan pasangan hidup baginya. Dan salah satu tandanya adalah wanita itu akan membasuh kakinya dengan tetesan air mata dan uraian rambut panjang sebagai kain lapnya. Hingga saat aku membasuh kakinya, Tuhan mengingatkan janjiNya itu.
Perjalanan memasuki hubungan penjajakan kami tidaklah mudah, berulang kali aku mau mundur dari hubungan tersebut. Sebab banyak orang mengatakan aku tidak layak membina hubungan dengan ketua PD sebab aku baru bertobat sedang ia sudah lama pelayanan, ada pula yang mengatakan aku memelet ketua PD dan lain-lain. Aku sedih mendengar pernyataan orang-orang tersebut namun ada pula yang menguatkan aku dengan menyatakan bila memang ini kehendak Tuhan, semuanya pasti akan dapat dilalui. Dan yang terpenting calon pasanganku saat itu, tetap percaya bahwa diriku adalah pasangan hidupnya.
Akhirnya ia menjadi pasangan hidupku, namanya Dave Broos. Kami membina hubungan selama setahun dan lalu menikah pada bulan Agustus 1999 di Surabaya. Kami diberkati di GKB Shalloom – Surabaya, oleh Pdt. Yohanes Thomas.
Akhirnya persekutuan doa yang selama ini dirintis suamiku, menjadi sebuah gereja, GKB Cinta Kasih Bangsa (Indonesian Christian Center) dan suamiku menjadi pendeta gembala sidang. Tidak pernah terpikirkan olehku akan menikah dengan seorang gembala sidang dan menjadi ibu gembala namun itulah Tuhan kita yang sering membuat surprise. Setelah menikah aku mengikuti kuliah jarak jauh yang diadakan Seminari Bethel – Jakarta, yaitu Sekolah Theologia Extention (STE) untuk program D-3. Akhirnya aku dapat kuliah meskipun bukan di bidang yang kurindukan namun kumengucapkan syukur atas kesempatan yang terbuka. Melalui sekolah tersebut aku bertumbuh lebih berakar dalam Firman Tuhan di dalam menopang pelayanan suamiku, terutama sebagai pendoa syafaat dan konselor.
Tuhan kembali mengingatkanku akan apa yang telah terjadi dalam hubunganku dengan papa. Setelah aku mengalami pemulihan aku tersadar bahwa sikap papa yang keras dan kaku adalah akibat opa-ku. Beliau adalah seorang anggota polisi yang terhormat di Sulawesi Utara, terkenal sangat disiplin dan keras baik terhadap anak kandungnya maupun anak-anak angkatnya. Papa mungkin seorang pemabuk namun bila kuingat kembali sebenarnya ia penuh perhatian baik padaku maupun adik. Hanya akibat sifat buruknya yang dulu menjadi fokus perhatianku, aku tidak dapat melihat sisi-sisi dirinya yang baik bagi keluarga kami.
Bukan hanya aku saja yang diselamatkan, namun Tuhan mulai menjamah orangtua maupun adikku. Saat adikku “tertinggal” di Sumatera dan hidup dengan Opung, ia terlibat pergaulan yang salah dan menjadi pengedar narkoba. Ia menjadi anggota geng pengedar ganja. Namun setelah melihat perubahan dalam hidupku dan berbincang dengan suamiku yang dulunya juga mantan anak geng di kota Bandung dan pecandu, ia pun mulai berubah. Perubahan yang nampak jelas adalah ia mulai berhenti mabuk-mabukkan dan bergaul dengan teman yang salah. Begitu juga dengan kedua orangtuaku yang berubah, Papa pun akhirnya berhenti mabuk dan memusnahkan semua opo-opo(barang bertuah) yang ia miliki. Semenjak itu hubunganku dengan papa dipulihkan, sungguh bahagianya kini aku memiliki ayah yang baru. Mami yang dulu suka berjudi sebagai pelariannya pun kini bertobat dan berhenti total. Semuanya hanya bisa terjadi oleh karena Kuasa Tuhan yang penuh kemurahan dan limpah kasih.
Hadiah terbesar bagi kami adalah kelahiran putra kami, Philip Broos. Ia adalah anak penghiburan kami di ladang pelayanan. Banyak orang memprediksikan bahwa aku akan sulit hamil karena kondisi kesehatanku namun Tuhan mementahkan semua prediksi orang. Dan hal itu sangat membahagiakan diri keluarga kami. Apa yang manusia katakan mustahil dimentahkan oleh Tuhan kita yang penuh mujizat. Ada banyak hal yang Tuhan lakukan bagi keluarga kami. Saat dokter kami menyatakan bahwa putra kami terbelit tali pusernya hingga aku harus dioperasi cesar padahal sudah bukaan 6. Saat keuangan kami hanya cukup untuk biaya persalinan normal. Rasa takut untuk dioperasi maupun biaya yang harus ditanggung membayangi pikiranku. Siapa yang akan menolong kami, sebab jemaat yang kami gembalakan hanyalah orang kalangan bawah. Hanya pada Tuhan kami bersandar dan percaya. Barangsiapa percaya pada Tuhan tidak akan pernah dipermalukan, itulah janjiNya. Beberapa hari setelah kelahiran putra kami, Tuhan memakai seseorang untuk melunasi semua biaya persalinan dan bukan itu saja, ada uang lebih bagi kebutuhan keluarga kami.
Setelah 7 tahun merintis pelayanan dan menggembalakan sidang, Tuhan mulai mendorong kami untuk menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan pelayanan gereja pada anak-anak rohani yang telah kami muridkan selama ini. Pada tahun 2005, suamiku mengundurkan diri dari pelayanan penggembalaan dan mempersiapkan diri kami sekeluarga untuk memulai pelayanan di kota Bandung.
Saat itu aku tengah mengandung anak kedua kami. Dokter memprediksikan bahwa bayi kami adalah perempuan dan suamiku telah menyiapkan nama Regina bagi putri kami. Putraku, Philip sangat antusias menyambut kelahiran adiknya. Ia telah menyiapkan boks bayi dan boneka-boneka bagi adiknya. Ia sudah membayangkan akan bermain dengan adiknya, di TK ia dengan bangga menceritakan pada teman-temannya bahwa sebentar lagi ia akan punya adik.
Saat kami tengah berjalan-jalan di sebuah mall, tiba-tiba aku merasa waktu persalinan telah tiba. Segera kuberitahu suamiku dan kami bergegas menuju rumah sakit. Setelah tiba di rumah sakit ternyata bayi kami sungsang dan kembali aku harus dioperasi cesar. Namun karena tekanan darahku tinggi maka operasi akan dilakukan keesokan harinya.
Ada perasaan berbeda saat ini, perasaan ini berbeda dari saat menghadapi operasi cesarku yang pertama, ada rasa was-was seperti akan mati. Saat operasi dilangsungkan aku melihat wajah cemas dari para perawat maupun dokter. Ketika putriku lahir, kulihat dokter segera membawa putriku ke ruangan lain. Hatiku cemas, kondisi tubuhku saat itu menurun, semuanya mulai menjadi gelap kudengar salah satu suster berbisik di telingaku, “ Ibu sadar ya, ingat suami dan anaknya di luar.” Tiba-tiba terbayang wajah suami dan putraku yang terlihat sedih. Apakah aku akan mati? Segera aku coba untuk tetap tersadar, aku tidak mau mati meninggalkan keluargaku, mereka masih membutuhkanku.
Setelah kusadar, aku sudah ada di ruang pasien, di sana ada mami yang duduk menungguiku, wajahnya tampak lesu. Lalu aku bertanya,”Kenapa, Mi?” Mami menjawab,”Engga apa-apa.” Aku mulai curiga ada apa ini tapi semuanya coba kutepis. Lalu aku berbicara lagi,”Mi, nanti sepulang dari sini, kita belanja baju bayi di pasar Turi ya?” Mami hanya terdiam dan matanya berkaca-kaca. Saat itulah putraku, Philip masuk kamar. Kupandang Philip dan bertanya,” Phil, kamu senang punya adik sekarang?” Ia menjawab dengan polos dan sedih,” Apa, Ma, adik Philip khan sudah mati.” Kusela jawaban Philip,”Phil, kamu tidak boleh berbicara begitu tentang adikmu.” Kupandang suamiku berdiri di muka pintu dengan pandangan kuyu, ada apa dengan suamiku yang biasanya ceria. Ia memandangku dan lalu memelukku,” Ma, Regina sudah tidak ada dengan kita.” Seketika itu juga aku meledak dalam tangisku, kesedihan memenuhi hatiku. “Mengapa Tuhan?”
Sehari setelah penguburan putri kami, Regina, aku baru tahu bahwa putri kami meninggal akibat praeklamsi. Putri kami hidup sejam sebelum ia pulang ke Rumah Bapa. Ada kesedihan, ada pertanyaan, ada kekosongan namun semua kuserahkan pada Tuhan. Kami mengucap syukur atas satu jam yang Tuhan percayakan bagi kami sebagai orangtua bagi Regina. Di balik segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, ada hikmahnya dimana kita bisa belajar dariNya.
Di kala awan mendung kesedihan melanda keluarga kami, Tuhan memakai saudara-saudara seiman kami di Gereja Oikos Indonesia jemaat Surabaya yang digembalakan Penatua Johanes Harjanto, sebagai tempat kami dipulihkan Tuhan kembali dan mematangkan rencana kami kembali untuk melayani di kota Bandung.
Pada saat persiapan kami merasa mantap untuk pindah namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kami akan pindah sebab kami sudah tidak memiliki uang tabungan untuk pindah ke kota Bandung. Kepindahan kami pada bulan Juni 2007 sudah mendekat namun uang tidak ada. Hingga kami bertanya-tanya, apakah benar kami mendapat perintah Tuhan atau ini hanya gagasan baik kami saja. Kembali lagi Tuhan melakukan suatu kejutan bagi kami, sebulan sebelum kepindahan kami, salah seorang sahabat suamiku memberikan berkat. Hingga kami dapat pindah ke kota Bandung, mengontrak tempat tinggal dan memasukkan putra kami sekolah di SDK Baptis.
Kini kami sudah berada di kota Bandung dan tengah merintis pelayanan The Eagles Nest Ministries. Kami tidak memiliki aset, atau kehebatan apa pun namun kami memiliki hati untuk melayani Yesus Kristus dan itu sudah cukup bagi kami. Tuhan memberikan hatiNya yang limpah dengan kasih bagi kami dan sebagaimana Ia telah memulihkan kami, kerinduan kami adalah melihat setiap jiwa mengalami pemulihan dan mengerti jati diri mereka dalam Kristus.
Aku tahu di luar sana, ada begitu banyak jiwa yang terluka terutama para wanita yang belum mengalami pemulihan. Doa dan kerinduan hatiku, melihat tiap wanita dalam Kristus mengalami breakthrough dalam hidupnya.
Sebagaimana Tuhan telah memulihkanku, Ia pasti akan memulihkanmu juga sebab di dalam Kerajaan Surga tidak ada “anak emas”. God bless you, all.
Anda ingin sharing, didoakan atau kami layani silahkan hubungi kami di 081330135643(tlp/sms) atau novie_durant@yahoo.com. Kami ingin menjadi sahabat dan saudara dalam suka maupun duka. WE CARE.
Hai namaku, Novie Durant. Aku lahir di pulau Sumatera 30 tahun yang lalu. Kurasa semua orang mendambakan untuk terlahir di dalam sebuah keluarga yang bahagia dan sempurna. Namun pada kenyataannya tidak semua keluarga hidup bahagia. Sebab kehidupan adalah kenyataan dan bukanlah cerita dongeng. Kuingin membagikan kisah hidupku yang penuh liku dan kerikil tajam.
Aku dibesarkan dalam sebuah keluarga pelaut. Pada saat aku lahir, papa tidak ada sebab sedang berlayar. Saat aku beranjak mencapai usia 2 tahun, papa baru pulang untuk melihat putri pertamanya. Sangat kurindukan pelukan dan perhatian dari seorang ayah yang penuh kasih, namun hal itu tidak pernah kudapatkan sebab ia harus berlayar ke negeri seberang. Hingga hubungan kami renggang, ia pun mengalami kesulitan di dalam berkomunikasi baik dengan diriku maupun adik lelakiku. Sebagaimana kebanyakan pelaut lainnya, ayahku memiliki kebiasaan buruk yang sama yaitu bermabuk-mabukkan.
Aku sering mengalami ketakutan bila melihat papa sedang mabuk, terlebih bila ia sedang marah. Tanpa sadar itu sangat melukai diriku dan merusak figur seorang pria secara keseluruhan di mataku.
Saat papa berlayar, keadaan ekonomi kami sangat baik. Kami biasa menolong keluarga dalam hal pendidikan dan usaha mereka maupun tetangga di lingkungan kami tinggal. Aku biasa mengenakan pakaian baru setiap kali papa pulang berlayar dari luar negeri. Sudah tradisi setiap akhir pekan kami akan pergi makan bersama di restoran. Kehidupan yang layak dan mapan telah kami jalani. Sampai suatu hari papa dijebak oleh salah seorang rekannya hingga ia sangat terpukul oleh peristiwa itu. Papaku dituduh sebagai penyelundup barang import. Papa dan mami meninggalkan kami ke Pulau Jawa. Sedang aku dan adik tetap tinggal di kota kelahiran. Kami dibesarkan di rumah keluarga mami. Dari keadaan ekonomi yang berlimpah-limpah, kini kami harus tinggal di rumah saudara. Demi sekolah dan kebutuhan sehari-hari, kami harus bekerja membereskan rumah dan aku memberikan les pada anak-anak di lingkungan kami tinggal untuk uang tambahan. Harga diri kami tercabik-cabik, keputusasaan, ketakutan, kecemasan dan kekuatiran menguasai pikiran dan hati. Terlebih saat aku mengalami pelecehan seksual, kebencian dan perasaan tidak percaya pada kaum pria bertambah besar.
Adakah masa depan bagi kami? Mengapa orang-orang yang dahulu papa dan mami bantu malah mencibir kami? Sia-siakah perhatian dan pertolongan keluarga kami dulu? Tidak adakah orang yang mengingat kebaikan yang telah keluargaku tabur? Aku sangat terluka saat itu, seolah-olah harga diriku runtuh. Dulu aku biasa mentraktir teman-temanku, kini aku ditraktir oleh mereka. Rasanya aneh dan sulit rasanya menerima keadaan ini. Namun itulah kehidupan yang harus aku lalui, berat dan perih tapi inilah jalan yang harus kulalui. Ketika sahabat-sahabatku terlibat pergaulan seks bebas dan bermabuk-mabukkan, aku tetap berpegang pada prinsip hidup yang kupercayai, yaitu aku tidak mau merusak diriku. Prestasi belajar di sekolah pun aku pertahankan,ketika anak lain yang frustasi membolos sekolah, aku tetap berprestasi dalam pendidikan. Orang-orang mengatakan,” Lihat si Novie, paling-paling sebentar lagi akan rusak sebab Papanya saja seperti itu.” Sudah cukup orang mencibir papa dan mami, aku ingin membuktikan bahwa keluarga kami tidak seperti itu.
Saat kuberanjak SMA, aku pindah ke Jakarta dan untuk pertama kalinya bersatu kembali dengan Papa dan Mami. Semenjak peristiwa yang menimpa Papa di Belawan, ia sulit untuk dapat bangkit kembali baik dalam pekerjaan dan usaha. Rasa kecewa dan terluka akibat dikhianati teman baiknya menyelimuti relung hatinya, yang membuat ia makin terbelenggu dalam kebiasaan buruknya bermabuk-mabukkan. Hingga ia sulit untuk dapat menjadi produktif lagi. Kulihat Mami dalam kondisi yang sulit sekali pun, ia tetap setia mendampingi Papa dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Aku pindah ke Jakarta sebab salah seorang tanteku mengatakan bahwa aku akan dibiayai olehnya selama mengikuti pendidikan. Memang hal itu terjadi sampai aku duduk di bangku kelas 3 SMA, dimana ia menolak untuk membiayaiku. Aku tidak mampu membeli buku sekolah dan bila hendak ulangan terpaksa belajar di rumah teman agar dapat mempelajari bahan ulangan besok. Sedih sekali rasanya hidup yang harus kulalui ini, aku sangat iri melihat teman-teman hidup dalam keluarga yang bahagia dan berkecukupan. Aku kadang merasa marah melihat anak-anak yang memiliki orangtua yang mapan namun tidak pernah serius belajar dan hanya hidup hura-hura. Meski hidup-ku sulit dan godaan teman-teman untuk “rusak” di ibukota sebagai jalan keluar cepat mencari uang ada di depan mata namun aku menolaknya, sebab aku ingin membuktikan bahwa aku dapat hidup lurus dan menjadi kebanggaan bagi keluarga-ku. Pada akhirnya aku dapat lulus SMA meski kondisi kami sulit saat itu. Namun tante-ku yang berjanji membiayai studiku menolak untuk membayar SPP-ku selama setahun dan menyuruh Papa untuk membayar semua biaya tersebut. Padahal saat itu, ia tahu bahwa Papa belum memiliki pekerjaan tetap dan bekerja serabutan. Walhasil, aku lulus SMA tapi tidak memiliki ijazah dan pupus sudah cita-citaku untuk kuliah psikologi dan mendalami pendidikan anak. Semuanya seolah hanya impian di siang bolong saja. Sempat aku kecewa dan marah pada sikap tante-ku, dulu sebelum mereka berhasil dan sukses, Papa membiayai hidup mereka bahkan membiayai kuliah om-ku. Kini ketika kami butuh pertolongan, mereka seolah melihat kami ini pengemis saja. Semudah itukah manusia lupa?
Akhirnya kami mengadu nasib di kota Pahlawan, Surabaya. Setelah sebelumnya Papa menjemput adik-ku di Sumatera, akhirnya kami bersatu kembali sebagai keluarga yang utuh meski dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu. Di kota Surabaya, kami berempat kost di sebuah kamar berukuran 3 x 3, di sebuah daerah perumahan padat dekat pelabuhan Perak. Meski kondisi ekonomi tidak kunjung membaik namun paling tidak di sini papa dan adik-ku mendapatkan pekerjaan sebagai pelaut kembali. Di daerah baru ini aku memiliki dua orang teman baik, mereka berdua acap kali mengajak-ku untuk mengikuti sebuah persekutuan doa, Youth Christian Center. Pada mulanya aku tidak tertarik dan acap kali sakit bila hendak pergi namun karena terus menerus mereka mengajak, akhirnya hatiku luluh dan mengikuti ibadah di sana. Saat itulah aku mulai dijamah oleh Tuhan, hatiku yang selama ini keras oleh tempaan hidup dan terluka sangat dalam mulai dipulihkan oleh Bapa Surgawi yang penuh kasih. Sedikit demi sedikit kekerasan hati dan luka-luka mulai disingkapkan dan dipulihkan. Persekutuan yang erat dan perhatian yang tulus kurasakan dalam komunitas itu. Aku merasa berharga dan dapat menjadi diriku sendiri tanpa dihakimi, dalam persekutuan inilah kurasakan apa yang dinamakan keluarga dalam Kristus yang sebenarnya. Dalam persekutuan itulah awal aku mengalami Kristus dan lahir baru.
Saat itulah aku mengalami kelepasan dari belenggu kutuk nenek moyang. Ini merupakan kesaksianku yang lain. Saat aku lahir, orang percaya bahwa aku memiliki keistimewaan sebab saat lahir sudah tumbuh dua gigi seri. Dari latar belakang papa yang mempercayai kuasa gelap dan juga nenek moyang mami yang terlibat okultisme membuat mereka mempercayai hal tersebut. Konon nenek moyang Mami merupakan “orang pintar” pada masa Sisingamangaraja. Sejak kecil aku sudah dapat melihat roh-roh jahat dan berkomunikasi dengan mereka. Keluargaku menganggap bahwa hal itu adalah anugerah dari Tuhan untuk menolong orang lain dan mengetahui masa depan. Ada anggota keluargaku yang membawa aku ke tempat beberapa paranormal, untuk meyakinkan keluarga dan diriku bahwa aku memiliki “kelebihan”. Aku tidak pernah mencari ilmu seperti paranormal pada umumnya namun roh-roh jahat itu datang, berkomunikasi dan membuat perjanjian denganku. Melalui kuasa roh-roh itu, aku dapat menyembuh mereka yang sakit, mencari barang yang hilang, menjadi medium, meramalkan masa depan, dan lain-lain. Namun setiap kali aku menjadi “alat” mereka, aku langsung sakit sesudahnya. Ada rasa takut juga dalam diriku, sebab tiap kali aku marah terhadap seseorang, pasti orang tersebut jatuh sakit atau bila ada orang yang telah kulayani ingkar janji padaku maka orang tersebut mengalami bencana.
Dalam persekutuan doa itulah Tuhan mulai menjamah, menyadarkan dan memerdekakan aku dari setiap belenggu dosa nenek moyang dan dilayani kelepasan. Aku sadar bahwa ini merupakan dosa nenek moyang, yang perlu aku akui dihadapan Tuhan meminta ampun atas apa yang telah dilakukan oleh nenek moyangku dan memutuskan rantai perhambaan itu selamanya.
Dari Persekutuan ini akhirnya aku diutus untuk mengikuti pendidikan PLHK di Bali Bible Training Center yang memperlengkapi aku lebih lagi dalam pengenalan akan Tuhan dan pekerjaan Tuhan.
Hati-ku sempat tertutup bagi pria sebab aku mengalami trauma terhadap sikap Papa yang kaku selama ini dan kebiasaan buruknya, plus pengalaman mengalami pelecehan seksual saat kecil. Sempat terbersit dalam benakku untuk menjadi biarawati gereja Katholik saja dan tidak perlu menikah. Namun setelah aku mengalami pemulihan yang dikerjakan Tuhan, hatiku yang dulu tertutup bagi pria mulai terbuka kembali.
Setelah mengalami pemulihan dan kelepasan itu rasa haus dan lapar akan Tuhan meliputi dalam diriku mendorong aku untuk lebih aktif di persekutuan. Saat itulah Tuhan mulai berbicara mengenai siapa calon pasangan hidupku. Ada perasaan aneh dan tidak percaya. Sampai suatu sore, dalam salah satu ibadah yang diadakan, sang pembicara menyampaikan khotbah dengan topik Kerendahan Hati dan diakhiri dengan pembasuhan kaki. Saat itu si pembicara menyatakan bahwa kami perlu berdoa terlebih dulu dan bertanya pada Tuhan siapa yang harus kami basuh kakinya. Saat kuberdoa ada sebuah instruksi yang sangat jelas bagiku untuk membasuh kaki ketua Persekutuan Doa tetapi tidak dengan handuk dan air di baskom, tetapi dengan tetesan air mata dan rambutku. Ada perasaan takut, bagaimana kata yang lain dan mengapa hanya padanya saja dan tidak yang lain. Namun aku memilih untuk taat saat itu, hatiku dijamah olehNya dan mentaati apa yang Tuhan perintahkan. Dikemudian hari baru kutahu bahwa pada tahun 1993, ketua PD kami saat itu berdoa dan Tuhan menyatakan bahwa Ia akan memberikan pasangan hidup baginya. Dan salah satu tandanya adalah wanita itu akan membasuh kakinya dengan tetesan air mata dan uraian rambut panjang sebagai kain lapnya. Hingga saat aku membasuh kakinya, Tuhan mengingatkan janjiNya itu.
Perjalanan memasuki hubungan penjajakan kami tidaklah mudah, berulang kali aku mau mundur dari hubungan tersebut. Sebab banyak orang mengatakan aku tidak layak membina hubungan dengan ketua PD sebab aku baru bertobat sedang ia sudah lama pelayanan, ada pula yang mengatakan aku memelet ketua PD dan lain-lain. Aku sedih mendengar pernyataan orang-orang tersebut namun ada pula yang menguatkan aku dengan menyatakan bila memang ini kehendak Tuhan, semuanya pasti akan dapat dilalui. Dan yang terpenting calon pasanganku saat itu, tetap percaya bahwa diriku adalah pasangan hidupnya.
Akhirnya ia menjadi pasangan hidupku, namanya Dave Broos. Kami membina hubungan selama setahun dan lalu menikah pada bulan Agustus 1999 di Surabaya. Kami diberkati di GKB Shalloom – Surabaya, oleh Pdt. Yohanes Thomas.
Akhirnya persekutuan doa yang selama ini dirintis suamiku, menjadi sebuah gereja, GKB Cinta Kasih Bangsa (Indonesian Christian Center) dan suamiku menjadi pendeta gembala sidang. Tidak pernah terpikirkan olehku akan menikah dengan seorang gembala sidang dan menjadi ibu gembala namun itulah Tuhan kita yang sering membuat surprise. Setelah menikah aku mengikuti kuliah jarak jauh yang diadakan Seminari Bethel – Jakarta, yaitu Sekolah Theologia Extention (STE) untuk program D-3. Akhirnya aku dapat kuliah meskipun bukan di bidang yang kurindukan namun kumengucapkan syukur atas kesempatan yang terbuka. Melalui sekolah tersebut aku bertumbuh lebih berakar dalam Firman Tuhan di dalam menopang pelayanan suamiku, terutama sebagai pendoa syafaat dan konselor.
Tuhan kembali mengingatkanku akan apa yang telah terjadi dalam hubunganku dengan papa. Setelah aku mengalami pemulihan aku tersadar bahwa sikap papa yang keras dan kaku adalah akibat opa-ku. Beliau adalah seorang anggota polisi yang terhormat di Sulawesi Utara, terkenal sangat disiplin dan keras baik terhadap anak kandungnya maupun anak-anak angkatnya. Papa mungkin seorang pemabuk namun bila kuingat kembali sebenarnya ia penuh perhatian baik padaku maupun adik. Hanya akibat sifat buruknya yang dulu menjadi fokus perhatianku, aku tidak dapat melihat sisi-sisi dirinya yang baik bagi keluarga kami.
Bukan hanya aku saja yang diselamatkan, namun Tuhan mulai menjamah orangtua maupun adikku. Saat adikku “tertinggal” di Sumatera dan hidup dengan Opung, ia terlibat pergaulan yang salah dan menjadi pengedar narkoba. Ia menjadi anggota geng pengedar ganja. Namun setelah melihat perubahan dalam hidupku dan berbincang dengan suamiku yang dulunya juga mantan anak geng di kota Bandung dan pecandu, ia pun mulai berubah. Perubahan yang nampak jelas adalah ia mulai berhenti mabuk-mabukkan dan bergaul dengan teman yang salah. Begitu juga dengan kedua orangtuaku yang berubah, Papa pun akhirnya berhenti mabuk dan memusnahkan semua opo-opo(barang bertuah) yang ia miliki. Semenjak itu hubunganku dengan papa dipulihkan, sungguh bahagianya kini aku memiliki ayah yang baru. Mami yang dulu suka berjudi sebagai pelariannya pun kini bertobat dan berhenti total. Semuanya hanya bisa terjadi oleh karena Kuasa Tuhan yang penuh kemurahan dan limpah kasih.
Hadiah terbesar bagi kami adalah kelahiran putra kami, Philip Broos. Ia adalah anak penghiburan kami di ladang pelayanan. Banyak orang memprediksikan bahwa aku akan sulit hamil karena kondisi kesehatanku namun Tuhan mementahkan semua prediksi orang. Dan hal itu sangat membahagiakan diri keluarga kami. Apa yang manusia katakan mustahil dimentahkan oleh Tuhan kita yang penuh mujizat. Ada banyak hal yang Tuhan lakukan bagi keluarga kami. Saat dokter kami menyatakan bahwa putra kami terbelit tali pusernya hingga aku harus dioperasi cesar padahal sudah bukaan 6. Saat keuangan kami hanya cukup untuk biaya persalinan normal. Rasa takut untuk dioperasi maupun biaya yang harus ditanggung membayangi pikiranku. Siapa yang akan menolong kami, sebab jemaat yang kami gembalakan hanyalah orang kalangan bawah. Hanya pada Tuhan kami bersandar dan percaya. Barangsiapa percaya pada Tuhan tidak akan pernah dipermalukan, itulah janjiNya. Beberapa hari setelah kelahiran putra kami, Tuhan memakai seseorang untuk melunasi semua biaya persalinan dan bukan itu saja, ada uang lebih bagi kebutuhan keluarga kami.
Setelah 7 tahun merintis pelayanan dan menggembalakan sidang, Tuhan mulai mendorong kami untuk menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan pelayanan gereja pada anak-anak rohani yang telah kami muridkan selama ini. Pada tahun 2005, suamiku mengundurkan diri dari pelayanan penggembalaan dan mempersiapkan diri kami sekeluarga untuk memulai pelayanan di kota Bandung.
Saat itu aku tengah mengandung anak kedua kami. Dokter memprediksikan bahwa bayi kami adalah perempuan dan suamiku telah menyiapkan nama Regina bagi putri kami. Putraku, Philip sangat antusias menyambut kelahiran adiknya. Ia telah menyiapkan boks bayi dan boneka-boneka bagi adiknya. Ia sudah membayangkan akan bermain dengan adiknya, di TK ia dengan bangga menceritakan pada teman-temannya bahwa sebentar lagi ia akan punya adik.
Saat kami tengah berjalan-jalan di sebuah mall, tiba-tiba aku merasa waktu persalinan telah tiba. Segera kuberitahu suamiku dan kami bergegas menuju rumah sakit. Setelah tiba di rumah sakit ternyata bayi kami sungsang dan kembali aku harus dioperasi cesar. Namun karena tekanan darahku tinggi maka operasi akan dilakukan keesokan harinya.
Ada perasaan berbeda saat ini, perasaan ini berbeda dari saat menghadapi operasi cesarku yang pertama, ada rasa was-was seperti akan mati. Saat operasi dilangsungkan aku melihat wajah cemas dari para perawat maupun dokter. Ketika putriku lahir, kulihat dokter segera membawa putriku ke ruangan lain. Hatiku cemas, kondisi tubuhku saat itu menurun, semuanya mulai menjadi gelap kudengar salah satu suster berbisik di telingaku, “ Ibu sadar ya, ingat suami dan anaknya di luar.” Tiba-tiba terbayang wajah suami dan putraku yang terlihat sedih. Apakah aku akan mati? Segera aku coba untuk tetap tersadar, aku tidak mau mati meninggalkan keluargaku, mereka masih membutuhkanku.
Setelah kusadar, aku sudah ada di ruang pasien, di sana ada mami yang duduk menungguiku, wajahnya tampak lesu. Lalu aku bertanya,”Kenapa, Mi?” Mami menjawab,”Engga apa-apa.” Aku mulai curiga ada apa ini tapi semuanya coba kutepis. Lalu aku berbicara lagi,”Mi, nanti sepulang dari sini, kita belanja baju bayi di pasar Turi ya?” Mami hanya terdiam dan matanya berkaca-kaca. Saat itulah putraku, Philip masuk kamar. Kupandang Philip dan bertanya,” Phil, kamu senang punya adik sekarang?” Ia menjawab dengan polos dan sedih,” Apa, Ma, adik Philip khan sudah mati.” Kusela jawaban Philip,”Phil, kamu tidak boleh berbicara begitu tentang adikmu.” Kupandang suamiku berdiri di muka pintu dengan pandangan kuyu, ada apa dengan suamiku yang biasanya ceria. Ia memandangku dan lalu memelukku,” Ma, Regina sudah tidak ada dengan kita.” Seketika itu juga aku meledak dalam tangisku, kesedihan memenuhi hatiku. “Mengapa Tuhan?”
Sehari setelah penguburan putri kami, Regina, aku baru tahu bahwa putri kami meninggal akibat praeklamsi. Putri kami hidup sejam sebelum ia pulang ke Rumah Bapa. Ada kesedihan, ada pertanyaan, ada kekosongan namun semua kuserahkan pada Tuhan. Kami mengucap syukur atas satu jam yang Tuhan percayakan bagi kami sebagai orangtua bagi Regina. Di balik segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, ada hikmahnya dimana kita bisa belajar dariNya.
Di kala awan mendung kesedihan melanda keluarga kami, Tuhan memakai saudara-saudara seiman kami di Gereja Oikos Indonesia jemaat Surabaya yang digembalakan Penatua Johanes Harjanto, sebagai tempat kami dipulihkan Tuhan kembali dan mematangkan rencana kami kembali untuk melayani di kota Bandung.
Pada saat persiapan kami merasa mantap untuk pindah namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kami akan pindah sebab kami sudah tidak memiliki uang tabungan untuk pindah ke kota Bandung. Kepindahan kami pada bulan Juni 2007 sudah mendekat namun uang tidak ada. Hingga kami bertanya-tanya, apakah benar kami mendapat perintah Tuhan atau ini hanya gagasan baik kami saja. Kembali lagi Tuhan melakukan suatu kejutan bagi kami, sebulan sebelum kepindahan kami, salah seorang sahabat suamiku memberikan berkat. Hingga kami dapat pindah ke kota Bandung, mengontrak tempat tinggal dan memasukkan putra kami sekolah di SDK Baptis.
Kini kami sudah berada di kota Bandung dan tengah merintis pelayanan The Eagles Nest Ministries. Kami tidak memiliki aset, atau kehebatan apa pun namun kami memiliki hati untuk melayani Yesus Kristus dan itu sudah cukup bagi kami. Tuhan memberikan hatiNya yang limpah dengan kasih bagi kami dan sebagaimana Ia telah memulihkan kami, kerinduan kami adalah melihat setiap jiwa mengalami pemulihan dan mengerti jati diri mereka dalam Kristus.
Aku tahu di luar sana, ada begitu banyak jiwa yang terluka terutama para wanita yang belum mengalami pemulihan. Doa dan kerinduan hatiku, melihat tiap wanita dalam Kristus mengalami breakthrough dalam hidupnya.
Sebagaimana Tuhan telah memulihkanku, Ia pasti akan memulihkanmu juga sebab di dalam Kerajaan Surga tidak ada “anak emas”. God bless you, all.
Anda ingin sharing, didoakan atau kami layani silahkan hubungi kami di 081330135643(tlp/sms) atau novie_durant@yahoo.com. Kami ingin menjadi sahabat dan saudara dalam suka maupun duka. WE CARE.
Langganan:
Postingan (Atom)