TOKOH MISI: THE CAMBRIDGE SEVEN
Saya pernah berkhotbah dalam
sebuah ibadah dengan menggunakan The Cambridge Seven sebagai teladan
iman. Pria-pria ini telah melayani generasi mereka, dan kini giliran
kita untuk melayani generasi kita. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa
Tuhan menjaga hidup orang-orang yang melayani generasinya. Daud adalah
contoh yang sangat baik dalam hal ini. "Sebab Daud melakukan kehendak
Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek
moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan." (Kisah Para
Rasul 13:36)
Daud melayani generasinya dan ia dikenal sebagai
seseorang yang berkenan kepada Allah (Kisah Para Rasul 13:22). Pada ayat
yang sama, Alkitab menyatakan bahwa "[Daud adalah orang] yang melakukan
segala kehendak-Ku". Meskipun Daud juga melakukan banyak kesalahan, ia
tetaplah seorang hamba Allah yang setia.
Memandang ke tahun
1800-an, jarang sekali ada kisah kepahlawanan yang berasal dari
hamba-hamba Tuhan. Namun, pada tahun 1881, Harold Schofield, seorang
dokter muda sekaligus seorang misionaris yang melayani di bagian utara
provinsi Shansi sedang terbaring lemah karena menderita sakit tifus.
Dalam pembaringannya, ia tetap tidak berhenti berdoa. Ia memohon kepada
Allah untuk memberinya seorang pengganti karena ia tahu bahwa ia tidak
akan sembuh dari penyakitnya ini. Ia berdoa agar Tuhan mau mengirim
lulusan dari universitas terbaik di Inggris untuk menginjili China. Pada
tanggal 1 Agustus 1883, Harold Schofield berpulang ke rumah Bapa, saat
itu saudara kita yang terkasih ini baru berumur 31 tahun.
Apakah
Tuhan menjawab doanya? Ya! Pada bulan Februari 1885, doa Schofield
terjawab ketika tujuh mahasiswa dari Universitas Cambridge memutuskan
untuk meninggalkan kekayaan dan segala kebanggaan mereka dan melayani
Tuhan ke mana pun Ia akan memimpin mereka. Ketujuh mahasiswa yang di
kemudian hari dikenal sebagai "The Cambridge Seven" ini terdiri atas
Charles Thomas Studd, Montagu Harry Proctor Beauchamp, Stanley P. Smith,
Arthur T. Polhill-Turner, Dixon Edward Hoste, Cecil H. Polhill-Turner,
dan William Wharton Cassels.
Pada ibadah pengutusan, mereka berkata, "Berdoalah supaya Tuhan menolong kami untuk tetap setia."
Ketujuh
orang ini menjadi inspirasi bagi ribuan orang lainnya untuk memikirkan
pelayanan misionaris secara lebih serius. Salah seorang dari tujuh orang
ini adalah C.T. Studd, seorang kapten tim kriket Inggris yang terbaik
pada masanya -- jika ia saja sanggup menyerahkan segala-galanya, orang
lain pun dapat melakukannya! Mereka menginspirasi banyak orang untuk
melayani Tuhan. Pada tahun 1890, jumlah mereka berlipat ganda, dan pada
tahun 1900 terdapat 800 orang misionaris yang aktif melayani di China
bersama-sama dengan China Inland Mission. Jumlah tersebut mewakili
sepertiga dari total kekuatan misi yang melayani dunia pada saat itu.
Di bawah ini adalah sekelumit detail atas apa yang terjadi pada anggota The Cambridge Seven.
William Wharton Cassels (1858 -- 1925)
William
melayani di China selama sepuluh tahun, kemudian ia kembali ke Inggris
pada tahun 1885. Di Inggris, ia ditahbiskan sebagai uskup atas keuskupan
baru untuk China Barat. Setelah ditahbiskan, ia kembali ke China Barat
dan melayani di sana sampai ia meninggal pada tahun 1925.
Stanley Peregrine Smith (1861 -- 1931)
Stanley
diutus untuk melayani di China Utara. Ia mempelajari bahasa China dan
segera menjadi seorang pengkhotbah yang sangat fasih dalam bahasa asing
tersebut. Ia meninggal di China pada 31 Januari 1931.
Charles Thomas Studd (1860 -- 1931)
Atlet
kriket ini dipulangkan pada tahun 1894 karena kesehatannya yang semakin
menurun. Di kemudian hari, ia melayani di India dan Afrika; ia juga
mendirikan badan misi WEC. Ia meninggal di Ibambi, Kongo Belgia pada
tahun 1931.
C. T. Studd adalah seseorang yang menulis kutipan
terkenal berikut ini, "Beberapa orang ingin tinggal di tempat-tempat
mereka dapat mendengar suara lonceng gereja; sedangkan aku ingin sekali
membuka pos keselamatan sedekat mungkin dengan neraka." Pada masa
tuanya, orang-orang yang mengkritiknya mengatakan bahwa ia harus pulang
dan pensiun. Menanggapi hal itu, Studd menolak dan berkata, "Tuhan telah
memanggilku untuk pergi melayani karena itu aku akan pergi. Aku akan
membuka jalan menuju kuburanku dengan menjadi batu loncatan supaya
orang-orang muda dapat mengikuti teladanku."
Cecil Polhill-Turner (1860 -- 1938)
Cecil
melayani tuhan di Barat Laut China dan juga Tibet. Ia dan istrinya
hampir terbunuh dalam kerusuhan pada tahun 1892. Pada tahun 1900,
kesehatannya memburuk sehingga ia harus dipulangkan ke Inggris. Ia
melakukan tujuh kunjungan misi yang panjang. Pada tahun 1908, ia menjadi
pemimpin bagi Pentecostal Missionary Union di Sunderland dan berkarya
secara luar biasa dalam pembentukan Pentecostal Movement di Inggris
Raya.
Arthur Polhill-Turner (1862 -- 1935)
Arthur ditahbiskan
menjadi pendeta pada tahun 1888. Ia pindah ke sebuah daerah padat
penduduk supaya dapat bertemu dengan sebanyak mungkin orang. Ia tetap
tinggal di China sekalipun muncul gerakan untuk mengusir orang-orang
asing dan tetap di sana sampai tahun 1928, saat ia pensiun dan kembali
ke Inggris. Ia meninggal pada tahun 1935.
Sir Montagu Harry Proctor Beauchamp (1860 -- 1939)
Pada
tahun 1900, Montagu dievakuasi dari China karena adanya pemberontakan,
tetapi ia kembali lagi ke China pada tahun 1902. Pada tahun 1911, ia
kembali ke Inggris dan melayani sebagai pendeta bagi Angkatan Darat
Inggris. Putranya menjadi misionaris generasi kedua di China. Karena
itu, ia kembali lagi ke China pada tahun 1935. Montagu meninggal di pos
misi puteranya pada tahun 1939.
Dixon Hoste (1861 -- 1946)
Dixon
menjadi pengganti Hudson Taylor sebagai direktur bagi China Inland
Mission dan selama 30 tahun, ia memimpin badan misi tersebut. Ia pensiun
pada tahun 1935, tetapi tetap tinggal di China sampai tahun 1945 saat
diasingkan oleh pasukan Jepang. Ia meninggal di London pada bulan Mei
1946, dan menjadi orang terakhir dari The Cambridge Seven yang
meninggal.
Dixon pernah berkata, "Seseorang yang tidak belajar
untuk menanti-nantikan Tuhan dan menyerahkan pikirannya untuk Dia
bentuk, tidak akan pernah memiliki tujuan hidup yang mantap dan
kepercayaan yang tenang kepada-Nya. Padahal, kedua hal itu sangat
penting untuk dapat memberi pengaruh yang bijaksana terhadap orang lain
pada masa-masa yang genting dan sulit."
Orang-orang yang setia
ini telah melayani Tuhan bagi generasi mereka. Kesaksian mereka
membuktikan bahwa kehidupan yang diserahkan sepenuhnya kepada Allah akan
memampukan mereka untuk memberi dampak yang besar terhadap generasi
mereka bagi Kerajaan Allah. Kiranya Tuhan membangkitkan orang-orang yang
setia untuk melayani generasi kita saat ini. (t/Yudo)
Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Faith Walk in the 2nd Half
Alamat URL: http://faith2ndhalf.blogspot.com/2010/08/cambridge-seven.html
Judul asli artikel: The Cambridge Seven
Penulis: Albert Kang
Tanggal akses: 20 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar