Sebuah pelayanan yang dirintis oleh Morria Nickels di Amerika Serikat untuk melayani kaum subkultur yang tersisihkan dari masyarakat. Pada tahun 2006 telah menunjuk dan mengutus Dave Broos sebagai Regional Director di Indonesia
Minggu, 25 April 2010
SHADOW OF THE CROSS INDONESIA
SHADOW OF THE CROSS
(A MINISTRY OF THE EAGLES NEST MINISTRIES)
Shadow of the Cross, merupakan sebuah pelayanan penjangkauan, pemuridan dan penanaman gereja bagi kaum subkultur. Apakah kaum subkultur? Kaum subkultur merupakan suatu “suku” yang terlahir dari suku yang sudah eksis dalam sebuah kota dimana mereka menjadi komunitas tersendiri, memiliki filosofi tersendiri dan budayanya sendiri. Di perkotaan kita mengenal mereka sebagai komunitas Underground, Gothic, Punk, Skaters, Bikers, Tattoo, Body Piercing, dstnya.
Sudah ada banyak pelayanan missi yang fokus menjangkau suku terabaikan namun masih jarang yang secara serius menangani komunitas-komunitas suku terabaikan diperkotaan ini. Seringkali bagian dari komunitas ini mengalami dan merasakan penolakan bila mereka menghadiri ibadah gereja pada umumnya. Kami percaya bahwa Tuhan Yesus juga mengasihi mereka dan menerima mereka juga sebagai anak-anakNya. Gereja kita saat ini tanpa sadar sudah memiliki stereo-type, siapa yang dapat beribadah dengan kita. Bila ada pasangan suami istri yang berkopiah dan berkerudung masuk ikut beribadah kita sudah mulai kasak-kusuk mempertanyakan mengapa orang berpakaian seperti itu masuk dalam gereja jangan-jangan “mata-mata”. Apalagi kalau yang masuk sekumpulan anak Punk dengan potongan rambut Mohawknya yang berwarna-warni, jaket jeans yang lusuh dan dipenuhi spike (paku hiasan). Bagian usher atau bahkan satpam akan melarang bahkan mengusir mereka dari ibadah sebab takut mereka akan melakukan tindak kriminal.
Kami banyak melayani dan menemukan orang-orang dari subkultur ini yang sebenarnya mencari kebenaran, haus dan lapar akan Tuhan namun enggan pergi ke gereja sebab sudah berulangkali mengalami penolakan. Lalu bagaimana sikap kita? Apakah kita sebagai gereja Tuhan enggan bersentuhan dengan mereka sebab penampilan dan gaya hidup mereka? Kita selalu berdoa agar Tuhan memberikan jiwa-jiwa baru tetapi ketika “kaum ini” datang kita menolaknya sebab “mungkin” kita tidak mengharapkan mereka yang datang, “mungkin” kita berharap konglomerat yang bertobat dan menjadi bagian kita. Yah, “mungkin”.
Shadow of the Cross, hadir untuk melayani kaum marginal di dalam masyarakat. Kerinduan kami adalah menghadirkan gereja di tengah mereka, memperkenalkan kasih Bapa yang sempurna dan menjadi saudara mereka dalam perjalanan kerohanian mereka.
Apa yang kami kerjakan bukanlah pelayanan yang populer, banyak yang menyatakan untuk apa melayani “kaum yang sulit ini”. Kaum yang pemberontak, anti kemapanan dan tidak dapat memberikan “income” bagi yang melayaninya. Bila kami meresponi panggilan ini sebab kami melihat bahwa mereka juga memiliki hak untuk mendengarkan Kabar Baik dan pengharapan yang telah dibukakan oleh Tuhan Yesus. Kami tahu rata-rata mereka adalah anak muda (orang berjiwa muda) yang tinggal dan hidup di jalanan, jadi jelas mereka bukanlah kaum borjuis. Kami melayani dengan hati yang tulus dan bukan karena uang yang dapat kami hasilkan melalui pelayanan. Kami melangkah dengan iman, bila Tuhan yang menghendaki kami melayani mereka, IA pula yang akan cukupkan kebutuhan kami. Kami tidak memiliki fasilitas apa-apa, tetapi kami punya hati untuk melayani. Entah ada donatur atau tidak, yang kami tahu dan percaya adalah Tuhan ada serta kami.
Kami tidak meminta uang Anda melalui surat ini, tetapi dukunglah kami di dalam doa agar kami tetap setia melayani kaum yang “sulit” ini dengan hati yang penuh belaskasihan dan diberikan hikmat untuk membawa mereka dalam pengenalan akan Tuhan Yesus secara lebih mendalam.
Terimakasih sudah membaca surat kami ini, Tuhan Yesus memberkati.
Dave Broos
“Gembala kaum yang terbuang”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar