Rabu, 23 Oktober 2013

TOKOH MISI: THE CAMBRIDGE SEVEN

TOKOH MISI: THE CAMBRIDGE SEVEN

Saya pernah berkhotbah dalam sebuah ibadah dengan menggunakan The Cambridge Seven sebagai teladan iman. Pria-pria ini telah melayani generasi mereka, dan kini giliran kita untuk melayani generasi kita. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan menjaga hidup orang-orang yang melayani generasinya. Daud adalah contoh yang sangat baik dalam hal ini. "Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan." (Kisah Para Rasul 13:36)

Daud melayani generasinya dan ia dikenal sebagai seseorang yang berkenan kepada Allah (Kisah Para Rasul 13:22). Pada ayat yang sama, Alkitab menyatakan bahwa "[Daud adalah orang] yang melakukan segala kehendak-Ku". Meskipun Daud juga melakukan banyak kesalahan, ia tetaplah seorang hamba Allah yang setia.

Memandang ke tahun 1800-an, jarang sekali ada kisah kepahlawanan yang berasal dari hamba-hamba Tuhan. Namun, pada tahun 1881, Harold Schofield, seorang dokter muda sekaligus seorang misionaris yang melayani di bagian utara provinsi Shansi sedang terbaring lemah karena menderita sakit tifus. Dalam pembaringannya, ia tetap tidak berhenti berdoa. Ia memohon kepada Allah untuk memberinya seorang pengganti karena ia tahu bahwa ia tidak akan sembuh dari penyakitnya ini. Ia berdoa agar Tuhan mau mengirim lulusan dari universitas terbaik di Inggris untuk menginjili China. Pada tanggal 1 Agustus 1883, Harold Schofield berpulang ke rumah Bapa, saat itu saudara kita yang terkasih ini baru berumur 31 tahun.

Apakah Tuhan menjawab doanya? Ya! Pada bulan Februari 1885, doa Schofield terjawab ketika tujuh mahasiswa dari Universitas Cambridge memutuskan untuk meninggalkan kekayaan dan segala kebanggaan mereka dan melayani Tuhan ke mana pun Ia akan memimpin mereka. Ketujuh mahasiswa yang di kemudian hari dikenal sebagai "The Cambridge Seven" ini terdiri atas Charles Thomas Studd, Montagu Harry Proctor Beauchamp, Stanley P. Smith, Arthur T. Polhill-Turner, Dixon Edward Hoste, Cecil H. Polhill-Turner, dan William Wharton Cassels.

Pada ibadah pengutusan, mereka berkata, "Berdoalah supaya Tuhan menolong kami untuk tetap setia."

Ketujuh orang ini menjadi inspirasi bagi ribuan orang lainnya untuk memikirkan pelayanan misionaris secara lebih serius. Salah seorang dari tujuh orang ini adalah C.T. Studd, seorang kapten tim kriket Inggris yang terbaik pada masanya -- jika ia saja sanggup menyerahkan segala-galanya, orang lain pun dapat melakukannya! Mereka menginspirasi banyak orang untuk melayani Tuhan. Pada tahun 1890, jumlah mereka berlipat ganda, dan pada tahun 1900 terdapat 800 orang misionaris yang aktif melayani di China bersama-sama dengan China Inland Mission. Jumlah tersebut mewakili sepertiga dari total kekuatan misi yang melayani dunia pada saat itu.

Di bawah ini adalah sekelumit detail atas apa yang terjadi pada anggota The Cambridge Seven.

William Wharton Cassels (1858 -- 1925)
William melayani di China selama sepuluh tahun, kemudian ia kembali ke Inggris pada tahun 1885. Di Inggris, ia ditahbiskan sebagai uskup atas keuskupan baru untuk China Barat. Setelah ditahbiskan, ia kembali ke China Barat dan melayani di sana sampai ia meninggal pada tahun 1925.

Stanley Peregrine Smith (1861 -- 1931)
Stanley diutus untuk melayani di China Utara. Ia mempelajari bahasa China dan segera menjadi seorang pengkhotbah yang sangat fasih dalam bahasa asing tersebut. Ia meninggal di China pada 31 Januari 1931.

Charles Thomas Studd (1860 -- 1931)
Atlet kriket ini dipulangkan pada tahun 1894 karena kesehatannya yang semakin menurun. Di kemudian hari, ia melayani di India dan Afrika; ia juga mendirikan badan misi WEC. Ia meninggal di Ibambi, Kongo Belgia pada tahun 1931.

C. T. Studd adalah seseorang yang menulis kutipan terkenal berikut ini, "Beberapa orang ingin tinggal di tempat-tempat mereka dapat mendengar suara lonceng gereja; sedangkan aku ingin sekali membuka pos keselamatan sedekat mungkin dengan neraka." Pada masa tuanya, orang-orang yang mengkritiknya mengatakan bahwa ia harus pulang dan pensiun. Menanggapi hal itu, Studd menolak dan berkata, "Tuhan telah memanggilku untuk pergi melayani karena itu aku akan pergi. Aku akan membuka jalan menuju kuburanku dengan menjadi batu loncatan supaya orang-orang muda dapat mengikuti teladanku."

Cecil Polhill-Turner (1860 -- 1938)
Cecil melayani tuhan di Barat Laut China dan juga Tibet. Ia dan istrinya hampir terbunuh dalam kerusuhan pada tahun 1892. Pada tahun 1900, kesehatannya memburuk sehingga ia harus dipulangkan ke Inggris. Ia melakukan tujuh kunjungan misi yang panjang. Pada tahun 1908, ia menjadi pemimpin bagi Pentecostal Missionary Union di Sunderland dan berkarya secara luar biasa dalam pembentukan Pentecostal Movement di Inggris Raya.

Arthur Polhill-Turner (1862 -- 1935)
Arthur ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1888. Ia pindah ke sebuah daerah padat penduduk supaya dapat bertemu dengan sebanyak mungkin orang. Ia tetap tinggal di China sekalipun muncul gerakan untuk mengusir orang-orang asing dan tetap di sana sampai tahun 1928, saat ia pensiun dan kembali ke Inggris. Ia meninggal pada tahun 1935.

Sir Montagu Harry Proctor Beauchamp (1860 -- 1939)
Pada tahun 1900, Montagu dievakuasi dari China karena adanya pemberontakan, tetapi ia kembali lagi ke China pada tahun 1902. Pada tahun 1911, ia kembali ke Inggris dan melayani sebagai pendeta bagi Angkatan Darat Inggris. Putranya menjadi misionaris generasi kedua di China. Karena itu, ia kembali lagi ke China pada tahun 1935. Montagu meninggal di pos misi puteranya pada tahun 1939.

Dixon Hoste (1861 -- 1946)
Dixon menjadi pengganti Hudson Taylor sebagai direktur bagi China Inland Mission dan selama 30 tahun, ia memimpin badan misi tersebut. Ia pensiun pada tahun 1935, tetapi tetap tinggal di China sampai tahun 1945 saat diasingkan oleh pasukan Jepang. Ia meninggal di London pada bulan Mei 1946, dan menjadi orang terakhir dari The Cambridge Seven yang meninggal.

Dixon pernah berkata, "Seseorang yang tidak belajar untuk menanti-nantikan Tuhan dan menyerahkan pikirannya untuk Dia bentuk, tidak akan pernah memiliki tujuan hidup yang mantap dan kepercayaan yang tenang kepada-Nya. Padahal, kedua hal itu sangat penting untuk dapat memberi pengaruh yang bijaksana terhadap orang lain pada masa-masa yang genting dan sulit."

Orang-orang yang setia ini telah melayani Tuhan bagi generasi mereka. Kesaksian mereka membuktikan bahwa kehidupan yang diserahkan sepenuhnya kepada Allah akan memampukan mereka untuk memberi dampak yang besar terhadap generasi mereka bagi Kerajaan Allah. Kiranya Tuhan membangkitkan orang-orang yang setia untuk melayani generasi kita saat ini. (t/Yudo)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Faith Walk in the 2nd Half
Alamat URL: http://faith2ndhalf.blogspot.com/2010/08/cambridge-seven.html
Judul asli artikel: The Cambridge Seven
Penulis: Albert Kang
Tanggal akses: 20 Oktober 2013

Tidak ada komentar: