Kamis, 08 Maret 2012

Remembering the Forgotten


Remembering the Forgotten

Gospel for Asia
For Immediate Release

A Women's Fellowship team celebrates International Day of Persons with Disabilities by giving to those in need.

SOUTH ASIA (ANS) -- Disgraced. Disregarded. And sometimes considered cursed by the gods-this is the life of South Asia's disabled people.

According to statistics from The World Bank, India alone has between 40 to 80 million people living with disabilities, and at least one in 12 households has a member with a disability.

When the International Day of Persons with Disabilities rolled around on December 3, 2011, a Gospel for Asia-supported Women's Fellowship team saw it as a perfect opportunity to share God's love with some of South Asia's most forgotten and marginalized people.

Gifts Show God's Love to the Disabled

With the guidance and support of their state leader, the women organized an event to recognize six disabled men and women in their community. Five received blankets, and one of the men received a pair of crutches to replace his pair that had worn out.

A GFA field correspondent said the men and women were extremely delighted and thankful for the gifts they received.

"We never thought someone would come and care for us," one of the recipients said.

Recipients Grateful to Women's Fellowship

With the social stigma cast aside, these men and women experienced a tangible expression of God's unconditional love through the sisters from GFA's Women Fellowship.

Women's Fellowship teams are often considered the backbone of the church and take different initiatives to strengthen the ministry in their area. Every GFA-supported church has a Women's Fellowship, where the women of the church can grow in the Lord and live out their faith by taking part in special outreach activities that bring the hope and love of Christ to those in desperate circumstances-just like they did for these men and women.

Minggu, 12 Februari 2012

KNOW YOUR DESTINY IN THE BODY (MENGETAHUI TUJUAN HIDUP DAN BERFUNGSI DALAM TUBUH KRISTUS)


Shalom,
Kerinduan kami melihat lebih banyak anak Tuhan mengetahui tujuan hidupnya. Kita diselamatkan Tuhan dengan suatu tujuan, bukan hanya sekedar setelah jadi percaya lalu “pasti masuk surga” dan lalu bisa “melanjutkan hidup” seperti sedia kala. Tuhan seolah dijadikan “agen asuransi”..jaminan masuk surga setelah kematian. Banyak anak Tuhan yang tidak mengerti bahwa menjadi seorang Kristen, tidak cukup hanya sekedar rajin mengikuti ibadah setiap hari Minggu, memberikan perpuluhan setiap kali gajian atau mendapat hasil dari proyek. Pergi ke gereja agar menyenangkan hati Tuhan dan hidup jadi lancar baik dalam hal mendapatkan jodoh, rumahtangga, pendidikan, pekerjaan, kesehatan, kekayaan dan lain-lain menjadi alasan banyak orang Kristen mengikuti ibadah Minggu. Kekristenan tidak sampai di situ, akan sangat membosankan bila itu merupakan kehidupan kekristenan.
Setiap anak Tuhan memiliki peran dalam tubuh Kristus maupun Kerajaan Tuhan, tidak ada namanya istilah “jemaat biasa”. Seringkali kita mendengar anggota jemaat yang berkata,”Ah, saya hanya jemaat biasa dan tidak bisa apa-apa.” Mendengar kata “melayani Tuhan”, banyak orang berkonotasi bahwa kita “harus” bisa berkhotbah, memimpin acara ibadah (worship leader), menjadi musisi gereja, bagian multimedia, pelayanan Sekolah Minggu (anak) ……paling-paling bisa kalau menjadi usher untuk menerima tamu, mengedarkan kantong kolekte…..tapi sudah banyak yang menjadi usher…jadi sulit untuk bersaing menjadi usher…..kalau menjadi cleaning service….jarang ada yang merasa terpanggil untuk melakukan hal itu. Bagi sementara orang melakukan pekerjaan cleaning service (membersihkan gedung ibadah) merupakan pekerjaan yang merendahkan. Jarang orang bisa melihat bahwa “membersihkan gedung ibadah” merupakan elemen penting, bayangkan bila kita mau beribadah tetapi tempat ibadahnya jorok, penuh sampah dan lalat..siapa yang mau beribadah di situ?
Saya ingin menekankan bahwa pekerjaan Tuhan tidak hanya sampai di situ, itu hanya bagian yang sangat kecil saja. Dalam kitab Roma 12:4-8, Rasul Paulus mengajarkan,”Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukan sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasehati (terjemahan NIV encouraging), baiklah kita menasihati, siapa yang membagi-bagikan sesuatu (terjemahan NIV contributing to the needs of others), hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin(terjemahan NIV govern diligently); siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”
Begitu pula pada surat penggembalaan rasul Paulus bagi jemaat di Korintus kembali ia mengingatkan akan hal tersebut. 1 Korintus 12:4-11,”Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya.”
Setiap anak Tuhan harus tahu tujuan hidupnya (destiny) sebab Tuhan telah menetapkan kita sebelum dunia dijadikan untuk “berfungsi” sesuai karuniaNYA dalam tubuh kristus dan pelebaran Kerajaan Tuhan. Jadi hapuskan dalam kamus Anda…”Saya hanya jemaat biasa saja”….sebab Anda luarbiasa dan Tuhan pilih untuk mengambil bagian dalam tubuhNya untuk berfungsi. Tuhan memanggil kita untuk menjadi rekan sekerjaNya. Tuhan percaya bahwa Anda dapat melakukan tugas yang telah Ia tetapkan melalui kuasa daripada Roh Kudus. Roh Kudus yang akan membawa Anda makin serupa dengan Kristus, makin mengerti tujuan hidup Anda di muka bumi, makin sadar bahwa kita dipanggil untuk terus bertumbuh sebagai murid dan anak Tuhan, Roh Kudus yang akan menjadi Penghibur kala ada banyak tantangan dalam kehidupan kita, Roh Kudus akan memberikan kemampuan bagi kita untuk hidup dalam kekudusan dan melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. BERHENTI…. Menjadi orang Kristen cek list…..apa maksudnya? Ada banyak anak Tuhan yang merasa sudah menjadi Kristen yang baik dan taat dengan pergi setiap Minggu ke gereja, membayar perpuluhan, membantu pelayanan dan memberikan dana lebih untuk misi atau kemanusiaan, setiap hari baca Alkitab dan berdoa (semua hal ini baik, jangan salah mengerti saya)…TETAPI….itu belum menunjukkan bahwa Anda seorang Kristen. Itu hanya menunjukkan agama apa yang Anda anut. Orang Kristen mula-mula tidak memiliki gedung ibadah seperti kita dewasa ini..mereka bertemu dari rumah ke rumah, di katakombe (kuburan), hutan, gunung, taman, pasar dengan kata lain ibadah mereka bisa dilakukan dimana saja, tidak dibatasi oleh sebuah tempat….mereka juga tidak beribadah dengan sebuah liturgi yang kaku dan mengikat……yang membedakan mereka dan membuat takjub dunia saat itu adalah “pribadi Kristus” yang tampak jelas dalam kehidupan mereka. Hingga mereka disebut Kristen (pengikut Kristus) adalah akibat gaya hidup mereka yang mengikuti teladan hidup Kristus. Esensi kekristenan bagi mereka adalah “mengasihi Tuhan dan sesama”sebagaimana tertera dalam Matius 22:37-40,”Jawab Yesus kepadanya:”Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segala akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, Ialah Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Beberapa tahun lalu timbul suatu kegelisahan dalam hati saya, saat bertanggungjawab dalam departemen missi, saya memiliki tanggungjawab dalam memenangkan jiwa baru dan pertambahan dalam kehadiran jemaat merupakan “bukti” kinerja kami. Bila tidak saya akan mendapat evaluasi dan teguran dari Pendeta Gembala Sidang. Puji Tuhan, ada banyak jiwa baru ditambahkan…..ada banyak orang dari “agama lain” bertobat begitu pula orang yang hidup dalam dosa berbalik dan ingin mengenal Tuhan…..namun saya menghadapi situasi yang dilematis. Atasan saya memanggil saya sebab jiwa-jiwa yang datang tidak sesuai dengan visi gereja, organisasi gereja yang kami layani menargetkan untuk memenangkan kaum menengah ke atas sedang jiwa-jiwa yang kami dari tim missi “bawa masuk” mayoritas adalah kalangan bawah. Atasan saya kala itu menyatakan bahwa kami harus memenangkan kalangan menengah atas dulu, setelah gereja lebih mapan lagi baru fokus pada kalangan bawah hingga “gereja” sanggup membantu. It’s a good ide, but is it God’s idea (ide yang bagus tetapi apakah itu ide/pemikiran Tuhan)? Itulah yang terbersit dalam benak saya. Apa barometer gereja itu sudah mapan dan baru bisa mulai membantu kaum marginal atau miskin? Bagaimana lalu dengan jiwa-jiwa yang baru percaya “tetapi” miskin (mereka hanya PRT, buruh, tukang bangunan, tukang ojek dll) atau kaum marginal/subkultur seperti anak punk, bikers, skaters, gay/lesbian, anak jalanan, mantan napi dstnya? Saat itu saya sedih, apakah kekristenan “masa kini” identik dengan orang kaya dan mapan saja dan biarkan orang miskin dan berdosa terhilang selamanya?
Beberapa tahun kemudian, Tuhan mempercayakan saya untuk merintis dan menggembalakan suatu sidang dan puji Tuhan, kami berhasil menanam gereja bagi kaum terbuang ini, memperlengkapi mereka sebagai murid Kristus dan bahkan mengutus mereka sebagai utusan Injil keberbagai daerah. Namun saat jumlah kita sudah mencapai 300 orang lebih…..”spirit kemapanan” itu kembali muncul hingga saya pun kembali berhadapan “kini” dengan staf saya sendiri. Ketika saya hendak terus menjalankan missi untuk menggenapkan Amanat Agung dalam Matius 28:18-20,”Yesus mendekati mereka dan berkata:”KepadaKU telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa muridKU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Bagi sementara orang memiliki gedung ibadah yang “wah” seolah harga mati yang harus dicapai, jumlah anggota jemaat gereja dan uang hasil persembahan yang banyak sebagai sebuah prestise keberhasilan, kepemilikan sekolah Alktab/teologia sendiri, stasion radio sendiri bahkan sekolah bertaraf international “sendiri” jadi tolok ukur “penyertaan Tuhan (hal-hal ini tidaklah dosa asalkan jangan sampai menjadi “idol”/berhala). Saat saya menggembalakan kerinduan hati saya adalah melihat setiap jemaat dapat menangkap isi hati Tuhan, mengerti tujuan hidupnya, menjadi murid Kristus dan “merintis gereja” di tempat lain atau di tempat kerjanya, di sekolah, di kampus, atau bahkan sebagai utusan Injil bagi suku terabaikan……sebab itulah Amanat terakhir Tuhan Yesus……sayangnya ada banyak yang “tidak rela” jemaat yang ia gembalakan untuk meresponi Amanat Agung…..
Setahun setelah saya mengundurkan diri dari gereja “tercinta”, Tuhan mulai memanggil saya untuk fokus melayani “kaum subkultur” hingga akhirnya saya bertemu dengan Morria Nickles yang pada saat itu seorang mahasiswi jurusan informatika ( ia kini dan suaminya Rob menjadi utusan missi untuk salah satu suku Indian) yang membentuk pelayanan bagi kaum subkultur di Amerika Serikat bernama The Calice (yang lalu berganti nama menjadi Shadow Of The Cross). Akhirnya ia meminta saya untuk menjadi overseer ministry/ regional director untuk pelayanan ini di Indonesia. Maka kami mulai melangkah dengan iman dan bermodalkan dengkul (alias berdoa) memulai pelayanan ini. Pelayanan ini sempat terseok-seok sebab kami tidak mendapatkan dukungan pendanaan darimana pun, bila ada yang menawarkan bantuan biasanya mengikat dan banyak sekali persyaratan terutama jiwa-jiwa “terbuang” ini harus segera meninggalkan “budaya” mereka dan lalu menjadi “Kristen kebanyakan(average Christian)”. Sangat mudah bagi seorang yang tidak pernah memiliki masa lalu kelam atau pendosa “berat” atau catatan kriminal untuk menghakimi seorang petobat baru yang masih bergumul dengan “kebiasaan lama” mereka. Kita ada di dekat mereka untuk menolong mereka tetap kuat dalam Tuhan dan membuat pilihan-pilihan hidup yang baru. Ada kalanya mereka kembali jatuh sebab “ikatan yang begitu kuat” tetapi kita harus tetap ada di situ memberikan dorongan semangat untuk bangkit. Karena perbedaan “pandangan” mengenai cara memperlakukan petobat baru inilah kebanyakan organisasi lainnya enggan mendanai pelayanan kami. Hingga akhirnya kami memilih untuk terseok-seok, tetapi tetap maju secara perlahan tetapi berakar kuat.
Duapuluhtahun pelayanan sebagai “full time minister”, menjadi pergumulan tersendiri bagi kami sekeluarga. Tanpa gaji dan minim pengalaman bekerja di dunia sekuler menjadi tantangan bagi kami, dengan tabungan yang sedikit kami beberapa kali mencoba untuk membangun usaha mandiri dan walhasil kami sempat ditipu oleh “saudara seiman” yang membawa lari modal usaha kami. Haleluya, suatu pengalaman yang berharga. Beberapa kali NGO/LSM yang hendak mempekerjakan saya akhirnya batal setelah melihat latarbelakang pekerjaan saya sebagai Pendeta…mungkin mereka takut saya akan “mengkristenkan orang” hahaha.
Kini kami kembali coba membuka usaha kecil untuk menopang hidup dan pelayanan, masih kembang kempis tetapi kami akan tetap press on dan tidak mau menyerah sampai akhir. Hidup di dunia ini hanya sementara dan saya tidak tahu kapan Tuhan akan memanggil saya kembali ke pangkuanNya. Dalam sisa waktu yang ada ini, saya tidak mau menyerah dengan keadaan, saya percaya akan selalu ada jalan bagi kita yang mentaati panggilanNya.
Kami coba mengikuti teladan Kristus, selama di dunia sebelum usianya 30 tahun Tuhan Yesus bekerja sebagai tukang kayu (IA bekerja sekuler), Ia tak punya rumah (tapi Ia tak pernah mengeluhkan hal tersebut pada Bapa di Surga dan mengklaim janji Tuhan punya rumah mewah), Ia tak punya transportasi untuk bepergian antar kota (keledai pun Ia pinjam), Ia tak punya gedung ibadah (Ia meminjam rumah atau ruangan seseorang, bahkan tidak menyewa), kadang Ia tak punya uang (ingat saat Ia memerintahkan Petrus memancing ikan dan dalam mulut ikan itu akan ada sejumlah uang untuk membayar bea Bait Allah?). kekurangan atau kemiskinan bukan suatu halangan bagi Tuhan Yesus untuk tetap fokus melayani dan melakukan tujuan/ destiny-nya selama di muka bumi dan menyelesaikannya dengan baik….atau bisa dikatakan sempurna. Begitu pula Rasul Paulus ketika jemaat yang dilayani tak sanggup mencukupi kebutuhan jasmaninya, ia pun bekerja sebagai pembuat tenda.
Saya sangat gembira saat ada banyak anak muda atau bahkan orang seusia saya yang antusias mendengar mengenai pelayanan Shadow of The Cross di Indonesia. Sayangnya ada yang kecewa dan meninggalkan kami sebab melihat fakta bahwa meski pelayanan ini berjejaring dengan mancanegara “ternyata” miskin dan tidak bisa membantu perintisan pelayanan mereka. Saya tidak tahu apa motivasi mereka, tapi saya berdoa agar mereka yang bermotivasi “mencari uang dari pelayanan” kiranya dijauhkan dari kami. Kami melayani kaum subkultur bukan karena kami menerima gaji, tetapi karena panggilan Tuhan. Jadi maaf kami tidak menerima apalagi mencari staf yang kami gaji setiap bulan. Sebab kami tidak mampu untuk memberikan gaji. Keluarga kami melihat hal ini sebagai sebuah panggilan dan visi keluarga kami. Kami melakukannya dengan sukacita dan sukarela meski tanpa ada gaji apalagi bonus di akhir tahun.
Shadow of The Cross, merupakan pelayanan mandiri dimana kami terbuka bagi siapa pun yang mau berjejaring atau membangun network dengan kami. Untuk saat ini kami belum bisa membantu pelayanan lain secara finansial secara berkala (bila eksidentil pernah beberapa kali) sebab kami sendiri pun tengah belajar untuk membangun usaha kecil di rumah kami. Kami belajar bagaimana melayani di market place,yang banyak tantangan. Kami menyadari tidak mudah menjadi pengusaha Kristen di tengah dunia usaha yang korup. Saya teringat ketika mencoba mengajukan pinjaman ke Bank yang menyediakan program pinjaman tanpa agunan. Mereka mengajukan sebuah pertanyaan mengenai tempat tinggal kami. “Rumah sendiri atau mengontrak?” Saat ditanya dan saya hendak menjawab, teman yang menemani saya berbisik, “Bilang aza punya sendiri.” Hati saya berkecamuk, berbohong demi modal atau tetap jujur apa adanya? Dan saya memilih untuk jujur….puji Tuhan…hasilnya saya tidak mendapatkan modal yang dibutuhkan. Tiga kali terjadi..tiga kali jujur…dan ketiganya gagal untuk mendapatkan modal. Sampai kapanpun saya akan tetap memilih untuk jujur apa adanya, kalau belum dapat …ya, jalani saja dengan modal yang ada.
Kami tidak mau menyulitkan orang lain, kami mau melakukan apa yang Tuhan kehendaki sesuai dengan penyataanNya tanpa kontrol dari pihak donatur atau penyumbang. Sebab kami percaya bila kami konsisten melayani Dia..Tuhan sendiri yang akan menolong kami melalui tubuh Kristus atau bahkan “burung gagak atau Janda Sarfat” (orang tidak seiman). Beberapa kali kami justru mendapatkan sumbangan dari “saudara tiri” yang merasa terharu dengan apa yang kami perjuangkan bagi kaum marginal….bila saudara seiman engga “ngeh”…..rupanya Tuhan pakai “orang lain alias saudara tiri” kita dari kaum Ismail.
Melayani “kaum marginal” atau “kaum subkultur”……mungkin berbeda dengan pelayanan kebanyakan, kita perlu bersabar sebab “conviction” datang dari Roh Kudus. Kami rindu melihat jiwa-jiwa bertobat karena pekerjaan Roh Kudus dan bukan karena hasil presentasi atau persuasi kami yang meyakinkan. Saya sudah melihat bila hasil dari kecakapan saya, orang tersebut sangat mudah undur tetapi ketika Roh Kudus yang bekerja….orang tersebut seolah “siap mati untuk Tuhan” tak tergoyahkan oleh tantangan berat sekalipun.
Memasuki tahun 2012 ini hal yang pertama kami mulai membentuk komunitas (simple church) di beberapa tempat, sekelompok anak Tuhan yang berkumpul untuk beribadah, saling belajar, saling mendoakan, saling peduli dan mau bergerak bersama melakukan Amanat Agung. Sudah banyak orang yang letih “main gereja-gerejaan” dan kini mereka ingin mempraktekkan cara hidup keluarga Tuhan sebagaimana jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Bagi rekan-rekan yang ingin terlibat dalam komunitas kecil baik di Bandung atau pun kota lain, dapat menghubungi saya melalui email davebroos@yahoo.co.uk atau FB Dave Broos atau SMS 081330135643.
Hal yang kedua, kami mulai membuka diri untuk memperlengkapi pelayanan atau gereja lain dengan Pelatihan Underground School of Ministry. Sebuah pelatihan bagi siapa saja yang terbeban dan terpanggil melayani kaum subkultur. Materi yang ada secara spesifik untuk melayani kaum urban perkotaan. Bagi yang berminat diperlengkapi dapat mengirimkan email ke davebroos@yahoo.co.uk atau SMS 081330135643.
Hal yang ketiga, membangun jejaring dimana kami bekerjasama dengan berbagai pelayanan lain dalam memperluas Kerajaan Tuhan. Shadow of The Cross berjejaring dan mendukung pelayanan lainnya sebagai volunteer, diantaranya: pelayanan bagi gereja-gereja teraniaya seperti Voice of Martyr dan Open Doors, pelayanan tanggap bencana HAND dan pelayanan anti aborsi Pro Life. Kami percaya bahwa kita satu dalam Tuhan Yesus dan anggota daripada tubuh Kristus. Kita masing-masing perlu untuk saling mendukung dan berfungsi sesuai panggilan Tuhan. Sebab kita membangun Kerajaan Tuhan dan bukannya kerajaan kecil kita. Kita membangun tubuh Kristus dan bukan tubuh kita sendiri. Kita saling mendukung dan mendoakan tanpa pamrih.
Hal yang ke empat, kami melayani dan memberikan bantuan bagi kaum marginal atau subkultur yang membutuhkan secara langsung, ini bukan bagian program sebab orang-orang yang kami layani…kami perlakukan sebagai pribadi dan kami coba membangun hubungan kekeluargaan. Kami merindukan bentuk pelayanan yang lebih natural dan tidak libet. Mungkin ada yang bertanya bagaimana kami dapat membantu? Bilamana Anda ingin membantu memberikan donasi dapat berupa pakaian bekas (dari bayi hingga dewasa) kami akan sangat bersyukur tetapi tolong pakaian yang masih layak untuk dikenakan, kami juga biasanya menyediakan makanan atau sembako bagi siapa pun yang membutuhkan (Anda bisa berpartisipasi dalam pengadaan sembako), keperluan sekolah seperti seragam, buku tulis bahan bacaan pendidikan sampai Alkitab (Yang mungkin sudah tua dan tak digunakan) yang dapat dikirimkan atau diantar ke alamat rumah kami Flat Sarijadi blok G-1 no 13, Bandung 40151 atau bila hendak mendukung secara finansial dapat mengirimkan dana tersebut melalui bank BCA no rek 0081824788 atas nama Dave Broos. Bila ada pertanyaan atau masukan dapat menghubungi melalui davebroos@yahoo.co.uk , FB Dave Broos atau SMS 081330135643.
Hal yang ke lima, kami tengah berdoa dan belajar untuk membuat koperasi untuk menolong orang-orang yang kami layani maupun masyarakat yang membutuhkan modal untuk usaha kecil. Seringkali gereja Tuhan mengajarkan bilamana hendak membantu kaum miskin jangan hanya diberi roti tetapi berikan pancing. Pernyataan yang luar biasa hanya bila kaum miskin tidak diajarkan cara memancing maka ia akan menjual pancingnya, bukan? Kerinduan kami memasuki tahun ini adalah dapat membangun tempat pembelajaran untuk usaha hingga orang yang hendak merintis usaha diperlengkapi dan dimentor oleh “seorang/beberapa pengusaha” hingga ia tahu dunia usaha dan tantangannya. Koperasi berfungsi sebagai pelengkap berikutnya bagi “pemula” itu untuk dimodali. Kami akan sangat berterimakasih bila saudara-saudara dapat memberikan masukan atau pun bahan-bahan bacaan mengenai koperasi dan enterpreneurship/wira usaha. Terlebih bila saudara yang nota bene pengusaha mau menjadi pengajar amupun mentor bagi para pengusaha baru. Ada yang mungkin bertanya, mengapa kami mempedulikan hal ini? Sebab baik kaum marginal maupun subkultur adalah golongan yang sulit mendapatkan pekerjaan “normal” meski pun ada juga yang berpendapatan baik seperti ahli tattoo, website designer, mekanik dll. Tetapi banyak diantara mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan yang mumpuni hingga akhirnya mengambil “shotcut” dengan melakukan kriminalitas atau perbuatan amoral. Saya percaya gereja harus melayani secara holistik, mencakup tubuh, jiwa dan roh. Tidak cukup hanya sekedar menasehati dan mendoakan saja tanpa turut terlibat sekuat tenaga berada bersama mereka kala dalam duka.
Inilah tujuan hidup kami….ini bagian kami untuk berfungsi di dalam tubuh Kristus untuk perluasan Kerajaan Tuhan dan menggenapi Amanat Agung. Doa dan harapan saya adalah siapapun yang membaca tulisan saya ini dapat menemukan tujuan hidupnya dan melakukannya. Bila Anda belum menemukan tujuan hidup Anda dan butuh teman atau saudara seiman untuk berbincang jangan sungkan untuk menghubungi saya melalui email davebroos@yahoo.co.uk atau FB Dave Broos atau SMS 081330135643. Saya akan berusaha menolong Anda menemukan tujuan hidup Anda dalam Tuhan sebagai saudara seiman. Tuhan menciptakan kita unik dan beragam…dalam kehidupan maupun pelayanan….TUHAN TAK PERNAH MEMBUAT SERAGAM……IA CIPTAKAN KITA BERAGAM...SEBAB ITULAH FUNGSI TUBUH KRISTUS..Jadilah dirimu yang otentik di dalam Tuhan.
Salam dan doa,
Dave Broos
Pastor for the Outsiders.

Rabu, 01 Februari 2012

GIVE THANKS







GIVE THANKS
Kami mengucap syukur dan berterimakasih atas setiap sumbangan dan persembahan bagi kaum subkultur di jalanan. Terimakasih banyak atas belaskasihan bagi mereka yang kurang mampu. Pada bulan Desember lalu kami telah menyalurkan bantuan pakaian bekas, Alkitab, bahan bacaan, makanan dan bantuan finansial bagi mereka yang hidup di jalanan termasuk para pemulung, tukang sampah, anak jalanan dan bagi mereka saudara seiman yang dalam kemalangan.
Kami mengadakan hal ini bukan sebagai sebuah program tetapi lebih kepada menjadikan “memberi” sebagai gaya hidup kita sebagai orang percaya. Tuhan telah memberikan teladan pada kita dalam Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga IA mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Rasul Paulus pun menyatakan dan memberikan teladan,”Adalah lebih baik memberi daripada menerima” (Kis 20:35).
Kami percaya bahwa untuk memberitakan Kabar Baik tidak cukup dengan kesaksian atau khotbah, sebab kita tahu “perbuatan” kita berbicara lebih keras daripada ucapan kita. Saya ingat saat masih kecil, mama saya mengajarkan bahwa saya harus selalu jujur dan tidak boleh berbohong (Suatu pengajaran yang tentu bagus dan harus ditaati)….tetapi suatu kali ketika ada tamu datang dan mama tidak mau menemuinya….mama segera memanggil saya dan berkata,”Dave, kamu nanti buka pintu dan bilang sama tamunya mama belum pulang ya.” Pengalaman masa kecil itu membekas dalam diri saya. Sebab mama mengajarkan suatu hal yang baik tetapi beliau sendiri mengingkari ajarannya. “Orang dunia yang tinggal dalam dosa” butuh teladan hidup bukan sekedar orang “yang pintar bicara”. Tuhan memanggil kita menjadi terang dan garam dunia. Bukan hanya sekedar jadi juru bicara tetapi menjadi “kaki dan tangan” dari kasih Kristus yang menjamah dunia.
Orang-orang yang kami layani bukanlah “kaum” yang suka dilayani oleh bahkan gereja. Kalaupun ada pelayanan diakonia, rata-rata hanya melihat sebagai program pelayanan bagi kaum miskin..bagi-bagi sembako, pengobatan gratis, bimbingan belajar gratis dll (yang semuanya itu baik)….kelemahannya adalah tidak adanya hubungan dengan “kaum” tersebut. Padahal banyak di antara mereka yang ingin didengarkan dan dilayani. Sebab kaum miskin seringkali dianggap “merepotkan” dan suka meminta-minta terus. Biasanya dulu saya diajarkan agar jangan memberi mereka roti tetapi berikan mereka pancing agar bisa mandiri. Dan saya telah melakukan hal tersebut dan …….menemui kegagalan…..sebab memberi pancing saja tidak cukup….mereka butuh umpan bila hendak memancing dan terlebih lagi mereka butuh “seseorang” yang mengajarkan cara dan trik memancing dengan baik.
Apa yang saya percayai adalah kita, orang percaya dipanggil untuk memperluas Kerajaan Tuhan..bukan dengan memperbanyak bangunan gedung gereja yang megah….tetapi memperluas pengaruh kita di berbagai aspek kehidupan. Saya berpikir seandainya uang untuk pembangunan gedung gereja….setengahnya saja digunakan untuk dibuat koperasi simpan pinjam atau bank perkreditan rakyat bukanlah akan lebih bermanfaat baik bagi saudara seiman maupun orang belum percaya (dapat menjadi sarana penginjilan) atau “gereja mapan dengan omzet milyaran” bisa membangun perumahan rakyat bagi saudara seiman yang kesulitan memiliki rumah karena persyaratan-persyaratan tertentu….
Jemaat mula-mula disebut pertama kali sebagai Kristen di Anthiokia sebab orang di kota tersebut melihat gaya atau cara hidup yang sangat berbeda dengan orang sezamannya. Hingga mereka melihat pribadi Kristus dalam kehidupan jemaat mula-mula. Bagaimana dengan kita saat ini?
Saya melihat bila saudara seiman diberkati secara finansial, itu berarti Tuhan mempercayakan harta tersebut untuk perluasan Kerajaan Tuhan. Anda tentu bisa menggunakannya untuk membeli mobil Hammer, Bentley, Jaguar..dstnya…atau memiliki apartemen atau rumah di perumahan mewah atau berbelanja tas Hermes, Prada, Gucci..yang asli dan bukan KW. Tetapi jangan lupa bahwa Anda dapat berkelimpahan harta karena Tuhan. Dan Tuhan punya tujuan atas hal tersebut. Saya membaca hasil sebuah survey yang menyatakan bilamana seluruh orang percaya di dunia ini mengumpulkan 10% dari seluruh penghasilannya dan di kumpulkan maka “kemiskinan di muka bumi akan terhapus”. Wauw seandainya hasil survey tersebut valid, maka gereja dapat menjadi jawaban……sayangnya banyak biaya kita keluarkan untuk pembangunan dan pemeliharaan fasilitas. Seandainya kita dapat membangun fasilitas yang lebih sederhana dan menggunakan dana tersebut untuk membangun kota dengan pengentasan kemiskinan dengan membuka UKM atau kebodohan dengan sekolah murah dstnya.
Saya melihat teladan gereja mula-mula, mereka tidak punya fasilitas apa-apa, para rasul pun tidak memiliki fasilitas pribadi apa-apa…..tetapi mereka membuat “dunia berguncang”……bila menilik ke belakang dan melihat “dunia kita” saat ini…seharusnya kita bisa berbuat lebih. Jemaat mula-mula bisa berkembang pesat karena “gaya hidup Kristus” yang tampak dalam keseharian mereka hingga dunia yang belum percaya di sekitarnya terjamah. Dalam catatan sejarah anak-anak yang di buang di jalanan, dipungut, dirawat dan dibesarkan oleh jemaat mula-mula seperti anak sendiri…mereka juga merawat dan memelihara kaum miskin……orangtua yang sudah renta dan diabaikan dirawat di rumah sendiri seperti orangtua sendiri..dlll. Belaskasih Kristus bukan saja tercermin dalam kehidupan mereka tetapi dapat dirasakan secara nyata. Bahkan dalam Kisah Para Rasul dituliskan,”Semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. (Kis 2:44).Bagaimana dengan kita? Saya percaya bila kita memang terkoneksi dengan Tuhan dan memiliki hubungan dengan saudara-saudara seiman maka kita akan dengan mudah untuk memberi. Bahkan Tuhan mengajarkan agar kita membalas kejahatan dengan kebaikan,”Jika seterumu lapar, berilah dia makan, jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (Roma 12:20-21).
Pada tahun ini kami pun merencanakan untuk memperlengkapi rekan-rekan muda yang terbeban melayani kaum subkultur ini di berbagai kota. Kendala kami adalah dana dan kami mohon dukungan doa agar kiranya Tuhan membuka jalan bagi kami untukmemperlengkapi saudara seiman dan melayani lebih banyak lagi jiwa yang selama ini belum terjangkau dan merasakan kasih Kristus. Bila Anda ingin menghubungi kami dapat mengirimkan email davebroos@yahoo.co.uk atau SMS 081330135643 (maaf bila telpon tidak diangkat berarti kami sedang pelayanan). Bila Anda tergerak untuk mendukung pelayanan ini, Anda dapat mendukung kami dengan pakaian bekas (mohon yang masih layak pakai) hingga dapat disalurkan bagi mereka yang kurang beruntung di jalanan maupun ke panti asuhan atau werda/jompo yang membutuhkan, bila Anda memiliki Alkitab baik baru atau bekas, mainan anak, alat tulis/sekolah atau pun dana dapat ditransferkan melalui Bank BCA no rek 0081824788 atas nama Dave Broos.
OK thanks atas perhatiannya semoga apa yang saya bagikan dapat menjadi berkat. God bless you all.