Kamis, 25 April 2013

Mereka Juga Ingin Punya Masa Depan



 
Pelayanan Anak Jalanan
(Linda - Komisi Pemuda) dari GKY www.gky.or.id
 
Mereka Juga Ingin Punya Masa Depan

Belum banyak jemaat yang tahu kalau GKJMB memiliki pelayanan di bidang yang satu ini. Kalaupun ada yang tahu, umumnya menganggap bagian dari Komisi Pemuda. Padahal pelayanan ini berada di bawah naungan Tim Misi. Artinya, terbuka bagi siapa saja.
Sejarah Terbentuknya
Pelayanan Anak Jalanan memang berawal dari Komisi Pemuda. Pada bulan Desember 1998, krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia, ternyata mempengaruhi pola pikir Panitia Natal Pemuda Rayon III untuk tidak merayakan Natal secara jor-joran. Keputusan untuk ikut peduli terhadap situasi yang melandapun akhirnya diambil. Dana konsumsi tidak akan digunakan, melainkan dialokasikan untuk kegiatan sosial. Panitia Natal juga membentuk Tim Aksi Sosial Khusus di luar Panitia Natal. Hanya saja saat itu belum diputuskan kegiatan sosial macam apa yang akan dilakukan. Mengunjungi Panti asuhan, Panti Jompo, atau membagi-bagikankan sembako.
Informasi yang didapat, akhirnya menggiring tim aksos untuk menjatuhkan pilihannya pada penampungan anak jalanan di Jl. Kebon Sirih mlik sebuah Yayasan Kristen yang berada di bawah naungan Kampus Diakonia Modern (KDM) pimpinan Bapak Lumy. Di tempat penampungan ini, anak-anak yang tadinya hidup di jalan diajak kembali untuk hidup secara normal. Makan tiga kali sehari, mandi dan berganti pakaian, punya tempat untuk berlindung dari panas, hujan, dan juga kehidupan keras jalanan yang kerap membahayakan keselamatan diri mereka.
Tepat tanggal 25 Desember 1998, acara kunjungan dilaksanakan. Anak-anak yang hadir jumlahnya jauh lebih banyak dari kondisi normal. Rupanya rencana kedatangan kami dengan cepat mereka sebar ke teman-teman mereka di jalan. Acara demi acarapun disuguhkan. Menyanyi bersama, panggung boneka, permainan dan pembagian bingkisan. Tidak akan pernah terhapus dalam ingatan kami, bagaimana mata bulat polos mereka dengan tidak berkedip memandang acara panggung boneka, suatu hal yang sangat langka dalam kehidupan mereka. (Acara ini sempat diliput oleh harian KOMPAS, yang kemudian menjadi salah satu berita halaman pertama media tersebut keesokan harinya)
Perayaan Natal di Kebon Sirih ini tidak saja berjalan lancar, tapi juga meninggalkan suatu beban pelayanan baru bagi Tim Aksos. Mereka merasa tidak mungkin hanya datang dan lihat untuk pergi selamanya. Harus ada suatu tindak lanjut yang dilakukan bagi anak-anak jalanan tersebut. Harus ada yang menyampaikan Kabar Baik kepada mereka. Jangan sampai kehidupan menyedihkan selama di dunia terus mengikuti mereka hingga "kehidupan baru" kelak. Syukur kepada Tuhan karena Dia membuat Tim Aksos tidak saja tergerak, tapi juga bergerak. Pihak KDM segera dihubungi. Setelah berembuk, Tim Aksos akhirnya kebagian peran di bidang rohani. Dan sesuai dengan kebutuhan, Tim Aksos kemudian melayani di tempat penampungan mereka di kawasan Cileungsi.
Kondisi Pelayanan
Pelayanan anak jalanan ternyata sangat unik. Tidak seperti pelayanan-pelayanan lainnya di dalam gereja yang sudah baku. Pelayanan anak jalanan merupakan suatu bentuk pelayanan yang unpredictable (tak dapat ditentukan secara pasti). Selain karena Tim Aksos kekurangan SDM dan masih mencari bentuk dan format yang tepat, anak-anak yang dilayani sangat beragam. Mulai dari usia, tingkat pendidikan, latar belakang dan juga masalah yang mereka hadapi. Masing-masing anak memerlukan penanganan yang khusus dan berbeda-beda.
Sebut saja Eko, 14 tahun, sudah beberapa tahun malang-melintang di jalan. Untuk bisa tetap makan, biasanya dia ngamen di lampu-lampu merah ataupun di kendaraan umum. Tampaknya tidak ada yang berbahaya dalam diri anak ini. Tapi, ternyata Eko sudah pernah beberapa kali menjadi korban perlakuan seksual orang dewasa selama menjalani kehidupannya. Akibatnya di tempat penampungan dia tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan ini, dan akhirnya temannya pun menjadi korban.
Atau Rahmat, asal Banten. Sebelum ke Jakarta dia sudah dibekali bermacam-macam ilmu hitam. Pernah berniat menurunkan ilmunya itu ke teman-temannya, sering ke kuburan sendirian pada waktu malam, merupakan kegiatan yang dikerjakannya selama berada di tempat penampungan Cileungsi. Masih banyak lagi kisah anak-anak malang yang dilayani Tim Aksos yang terlalu banyak untuk diceritakan di sini.
Mereka memang anak-anak yang malang, sementara anak-anak normal di belahan bumi ini menikmati hangatnya kasih sayang dan perhatian orang tua, anak-anak ini sudah harus merasakan kerasnya kehidupan di jalanan. Kehidupan yang keras di rumah, hidup bersama dengan ayah/ibu tiri yang tidak ramah, kemiskinan, merupakan salah-satu dari sekian banyak alasan kenapa akhirnya anak-anak itu lebih senang hidup luntang-lantung di jalanan. Sekolah dan kehidupan normal ditinggalkan untuk menikmati alam kebebasan yang tampaknya sangat menjanjikan. Tapi, nyatanya kehidupan di jalan jauh lebih keras dari yang mereka bayangkan sebelumnya. Untuk bisa diterima di komunitas jalanan, tidak jarang mereka harus diplonco terlebih dahulu. Dan sekadar untuk mempertahankan hidup, mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Ngoyen (makan makanan sisa), nguping (melepas kaca spion mobil), ngebola (mencuri dengan cara oper-operan di atas kendaraan umum), ngaibon ( menghirup hawa lem yang bisa membuat mereka melupakan sejenak masalah mereka) adalah hal-hal yang lazim mereka lakukan. Saat ini jumlah anak jalanan yang ditampung di Cileungsi hanya tinggal 15, dari 30 orang anak yang mula-mula berhasil ditampung.
Dengan kondisi demikian Tim Aksos merasa sulit untuk menembus benteng yang mereka pasang untuk Injil, tanpa dukungan daya dan doa dari segenap jemaat. Kiranya tulisan ini mampu mengetuk hati nurani jemaat agar kita tidak lagi melihat mereka sebagai makhluk pengganggu yang menjijikkan di lampu-lampu merah (yang kemudian membuat kita deg-degan dan cepat-cepat menyiapkan duit receh). Tapi, marilah kita melihat mereka sebagai orang-orang yang patut kita jaring dan kasihi. Kalau Yesus saja mengasih kita, mengapa kita tak mau mengasihi mereka?

Tidak ada komentar: