Rabu, 15 Juni 2011

GEMBALA KAUM TERBUANG



GEMBALA KAUM TERBUANG
Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka….(1Sam 22:2a)

Saat saya menanggapi pelayanan sepenuh waktu bagi Tuhan, saya bermimpi untuk menjadi Pendeta besar dan ternama. Impian saya memiliki gereja yang besar, jemaat besar yang bertumbuh di dalam Tuhan dan berasal dari kalangan yang terhormat. Saya teringat saat baru bertobat, saya sering membaca kesaksian-kesaksian para pendeta terkenal baik di Indonesia maupun mancanegara. Mereka kebanyakan menyaksikan bagaimana gereja yang mereka rintis tadinya kecil bertemu di tenda atau rumah mungil mereka. Lalu gereja yang mereka rintis akhirnya bertumbuh dan bertambah banyak jemaatnya hingga puluhan bahkan ratusan ribu. Bahkan ada di antara jemaat mereka yang merupakan birokrat, pengusaha besar, pengacara tenar, artis, dll. Saat itu saya terkagum-kagum. Dasyat sekali.Wouw, saya juga ingin jadi Pendeta sekaliber itu. Melihat gaya hidup mereka yang diberkati secara berkelimpahan secara harta dunia. Wah, siapa yang tidak mau.
Tetapi semakin lama yang saya memberi diri pada Tuhan semakin saya menyadari Tuhan memanggil saya untuk melakukan hal yang berbeda dari pelayanan gereja pada umumnya. Hanya saya saat itu coba untuk melawan “dorongan ilahi” tersebut. Saya berpikir bahwa semua pelayanan sama saja, sebab toh semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Kalau bisa melayani di kota mengapa harus susah-susah ke desa apalagi pedalaman. Di desa apalagi pedalaman, yang saya bayangkan hidup dalam kemiskinan dan suasana sepi. Sedang saya lahir besar di kota besar, pasti tidak betah tinggal di daerah yang terisolir. Saya berpikir kala itu, yang terpenting adalah melayani Tuhan.
Pada masa itu saya mengalami pergumulan ketika Tuhan mulai menyatakan isi hatiNya untuk saya kerjakan. Saya dihinggapi rasa takut, apa kata teman-teman sejawat saya atau para senior saya. Apakah yang Tuhan nyatakan? Tuhan menyatakan bahwa IA memanggil saya untuk melayani dan menggembalakan “kaum terbuang” dalam lembah kekelaman. Ada begitu banyak pelayanan yang coba melakukan penetrasi bagi “kaum terbuang” tapi hanya dapat masuk di permukaan saja, kecuali kasus-kasus tertentu dimana Tuhan melakukan intervensi hingga “seseorang dari lembah kekelaman” itu bertobat. Salah satu yang diselamatkan Tuhan adalah diriku. Tuhan memanggil kami (saya percaya, ada saudara-saudara seiman lainnya yang berlatar belakang sama) untuk melayani “kaum kami” dengan lebih efektif.
Kala keraguan melanda hati saya, Tuhan mengutus hambaNya, Pastor Christopher K dari Malaysia, untuk berdoa dan menyampaikan nubuatan mengenai pelayananku. Inti dari nubuatan itu adalah Tuhan hendak memakai diriku sebagaimana Tuhan memakai diri Daud untuk mengubah para pengikutnya di Gua Adulam. DUEEERRRR!!!!!! Tiba-tiba Tuhan juga mengingatkan saya akan sebuah mimpi yang saya dapatkan saat baru bertobat. Dalam mimpi itu saya dibawa seorang malaikat ke sebuah jalan gelap yang sangat lebar ujungnya ada lautan api. Malaikat saya mengajak saya melihat lautan api itu, sungguh suatu tempat yang sangat panas dan mengerikan. Lalu malaikat itu mengajak saya berjalan melalui jalan lebar yang gelap itu. Ternyata banyak sekali orang…bahkan sangat padat dan saya melihat banyak sekali teman saya di jalanan dan geng bahkan ada juga sanak keluarga saya. Saya berteriak-teriak memperingatkan mereka bahwa di ujung jalan itu ada lautan api tapi mereka tak menghiraukan diri saya. Malaikat itu akhirnya membawa saya ke jalan lain yang kecil dan banyak lampu menyala. Lalu saya melihat seorang ibu (wajahnya mirip ibunda dari sobat karibku di geng yang taat beribadah), ia menoleh kepada saya dan berkata,”Kau telah diselamatkan, selamatkan mereka juga.” Tuhan juga mengingatkan saya akan doa dan nubuatan, Mark Parker, senior saya di YWAM Selandia Baru, yang menyatakan bahwa kelemahan masa laluku akan menjadi kekuatanku di masa akan datang. Ya, Dave, si Dewa Vodka, memiliki masa lalu yang kelam dan kini…..setelah 19 tahun melayani Tuhan di dalam organisasi gereja dan pelayanan pada umumnya, dalam sekejap dipanggil Tuhan untuk meninggalkan “mimbar” dan kembali “ke jalan” dengan sebuah missi.
Memasuki tahun ke 20 dalam dunia pelayanan, saya sempat bertanya-tanya mengapa sekarang? Saat usia saya sudah masuk kepala empat, apakah saya tidak terlalu tua untuk urusan ini?
Saya menyadari bahwa jauh lebih mudah berkhotbah dan mengajar di balik tembok gedung gereja. Merupakan tantangan tersendiri agar kami (saya dan keluarga) dapat menjadi “surat Kristus” yang terbuka bagi dunia, bagi tetangga kami yang belum percaya, bagi anak-anak dunia yang hidup dalam nilai-nilai dosa, kebejatan, amoral, korup, kompromi, dstnya. Kami merasakan bahwa kami sungguh-sungguh membutuhkan DIA semakin nyata hadir dalam hidup kami. Bagaimana kami dapat bertahan dari serangan dunia bila kami tidak berakar dan bertumbuh dalam DIA.
Pelayanan kami mungkin tidak penuh gebyar, kami tidak mengadakan Kebaktian penginjilan (KKR), tidak mengadakan pertemuan besar dengan mengundang musisi Kristen ternama atau artis Kristen yang sedang ngetop. Pelayanan kami merupakan pelayanan membagikan hidup. Ketika orang berbeban berat dan butuh teman, kami ada di situ untuk mendengarkan setiap keluh kesah mereka. Ketika ada yang menangis, kami menangis bersama. Bilamana ada yang tengah bersukacita, kami ada di sana turut bersukacita dengan mereka. Ketika ada yang membutuhkan pertolongan kami coba membantu. Ketika seorang nenek yang tinggal seorang diri membutuhkan pertolongan untuk mengganti bohlam lampunya, kami ada di situ untuk menolongnya. Mungkin nampaknya bukan hal yang luar biasa tetapi bagi seorang nenek berusia 75 tahun, hal tersebut merupakan pertolongan besar.
Ketika seorang anak geng bermotor, ingin berbagi mengenai masalah hidupnya. Saya ada di sana mendengarkan dia, mungkin bagi masyarakat ia bukan siapa-siapa tetapi ia berharga di mata Tuhan. Apa yang berharga di mata Tuhan, seharusnya juga berharga di mata kita sebagai anak-anakNya. Ketika seorang tetangga sakit demam di tengah malam, kami membawanya ke rumah sakit, meski sebenarnya mata masih mengantuk. Rata-rata yang kami layani bukanlah mereka yang percaya….dan mereka mulai terbuka pada kami.
Ketika teman-teman Pendeta bertanya,”Dave dimana tempat kalian beribadah? Kamu sewa dimana atau pinjam tempat?” Saya menjawab mereka,”Kami bertemu dari rumah ke rumah, kadang di McD atau KFC, kadang di taman, kadang di warung kopi bahkan lapangan parkir…” Dan mata mereka terbelalak bagaimana mungkin kalian beribadah seperti itu??? Lalu saya pun menjawab bukankah Tuhan Yesus selain mengajar di Bait Allah dan sinagoge, IA bahkan lebih sering mengajar dari rumah ke rumah, juga di bukit, di pantai, dari atas perahu bahkan dimana saja IA mengajar para muridNYA. Tuhan menyatakan dimana dua tiga orang berkumpul dalam namaNYA, IA akan hadir (Mat 18:20). Esensi dari ibadah adalah kehadiran Tuhan dan bukan tempat. Penekanan yang pasti adalah setiap anggota komunitas/gereja bertumbuh di dalam DIA menjadi pelaku Firman Tuhan, terang dan garam dunia dan terlibat dalam pengabaran Injil dan bermultiplikasi sebagai murid Kristus.
Komunitas atau gereja yang kami rintis merupakan jaringan kelompok kecil, hingga hubungan kami satu dengan yang lainnya menjadi erat seperti sebuah keluarga. Kami berdoa agar melalui pelayanan ini setiap orang dapat mendapatkan kasih Kristus dalam keluarga barunya dalam Tuhan.
Tidak mudah memasuki kembali “dunia kelam” untuk merebut mereka yang tersesat sebab Iblis dan pasukannya akan mati-matian menghalangi kami. Sebab itu kami membutuhkan dukungan doa dari setiap saudara seiman untuk memerangi setiap kuasa kegelapan atau ilah zaman ini yang membutakan mata bathin mereka.
Pelayanan kami merupakan pelayanan mandiri, yang tidak didukung pendanaannya oleh lembaga mana pun. Tolong dukung doa juga bagi kami agar Tuhan membuka pintu-pintu berkat agar operasional pelayanan maupun setiap perlengkapan yang kami butuhkan dapat tersedia. Kami tengah mendoakan agar kami juga dapat membuka beberapa usaha kecil untuk dapat membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang telah meninggalkan lembah kelam maupun untuk mendukung jalannya pelayanan kami ini. Kami saat ini tengah coba merintis usaha clothing Living Faith (Kami baru memproduksi dua desain berhubung modal kami minim) dan juga menjual masakan/catering kecil Novie’s Kitchen. Salah seorang murid kami telah membentuk grup band rock indie bernama John316 dan telah membuat album.
Melayani kaum terbuang, tidaklah mudah……kadang ketulusan, kebaikan dan kasih kami dikhianati…kadang mengecewakan….kadang kami kehilangan uang atau barang….sering kami digossipkan bahkan difitnah…kadang apa yang kami kerjakan tidak dihargai…..seringkali kami diremehkan bahkan oleh rekan sejawat……TETAPI haruskah kami menyerah untuk TETAP BERSINAR DI KEGELAPAN DAN MENGGARAMI DUNIA YANG MAKIN MEMBUSUK OLEH DOSA…….SAMPAI AKHIR HAYAT INI….OH TUHAN KUATKAN KAMI UNTUK TETAP MENGERJAKAN PANGGILANMU.
Anda dapat menghubungi kami melalui davebroos@yahoo.co.uk atau mobile phone 081330135643 baik untuk sharing, minta dukungan doa, konseling, pelayanan maupun menjadi sahabat kami. God bless you.

Tidak ada komentar: